c)Aktualisasi diri adalah motivasi yang lebih mendalam. Bagi banyak Permata GBKP, gereja adalah tempat di mana mereka dapat tumbuh dan mengembangkan potensi mereka. Terlibat dalam kegiatan kepemimpinan, pelayanan, atau proyek sosial memberi mereka ruang untuk mengekspresikan kemampuan dan bakat mereka. Melalui peran-peran ini, mereka tidak hanya membantu gereja, tetapi juga merasa bahwa mereka berkembang sebagai individu, mencapai tujuan pribadi dan spiritual yang lebih tinggi.
2.Teori Harapan (Expectancy Theory) menurut Victor Vroom
Teori ini menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada tiga faktor: expectancy, instrumentality dan Valence. Dalam dinamika keaktifan dan partisipasi pemuda dapat dijelaskan, antara lain:
a)Expectancy (harapan) memainkan peran penting dalam mendorong mereka untuk terlibat lebih aktif. Permata GBKP akan lebih termotivasi jika mereka yakin bahwa usaha yang mereka lakukan, seperti berpartisipasi dalam kegiatan atau membantu mengorganisir acara, akan menghasilkan hal-hal yang bermakna bagi mereka. Entah itu dalam bentuk pembelajaran baru, membangun pertemanan, atau mendapatkan pengalaman yang berharga, harapan bahwa keterlibatan mereka akan memberikan hasil positif membuat mereka lebih semangat untuk berkontribusi;
b)Instrumentality (perantara) berarti pemuda perlu merasa bahwa apa yang mereka lakukan diakui dan dihargai. Mereka akan lebih termotivasi jika tahu bahwa hasil dari partisipasi mereka akan mendapatkan apresiasi, seperti kesempatan memimpin kegiatan lain, pujian dari teman-teman atau pengurus gereja, atau sekadar perasaan bangga atas pencapaian mereka. Jika mereka melihat bahwa setiap usaha yang dilakukan membawa mereka lebih dekat ke pengakuan dan apresiasi, keterlibatan mereka akan semakin meningkat; dan
c)Valence (hasil) mengacu pada nilai penghargaan yang diberikan. Apresiasi yang diberikan gereja harus benar-benar berarti bagi Permata GBKP. Jika mereka merasa bahwa kegiatan di gereja membantu perkembangan pribadi atau spiritual mereka, atau memberikan kontribusi nyata bagi komunitas, mereka akan lebih termotivasi untuk terus berpartisipasi. Penghargaan yang sesuai dengan nilai-nilai dan harapan mereka akan membuat mereka merasa bahwa apa yang mereka lakukan itu penting dan berharga.
3.Teori Perubahan Sosial (Social Change Theory)
Teori perubahan sosial (Social Change Theory) adalah konsep yang menjelaskan perubahan sosial yang terjadi pada Permata GBKP yang berfokus pada bagaimana Permata GBKP berperan dalam membawa perubahan di masyarakat. Dalam hal ini, keterlibatan Permata GBKP menjadi faktor penting yang mendorong perubahan, baik di dalam gereja maupun di lingkungan sekitarnya. Dalam dinamika keaktifan dan partisipasi pemuda dapat dijelaskan, antara lain:
a)Permata GBKP sebagai Agen Perubahan
Permata GBKP sering kali menjadi motor penggerak dalam perubahan sosial karena mereka membawa energi, kreativitas, dan pandangan yang segar. Permata GBKP juga memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan yang nyata di lingkungan gereja. Dengan keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan gereja, baik itu program pelayanan maupun aksi sosial, pemuda tidak hanya mengikuti, tetapi juga memimpin perubahan. Dengan semangat yang mereka bawa, Permata GBKP mampu menghidupkan dinamika sosial di gereja dan menghadirkan inovasi dalam cara gereja beroperasi.
Contohnya, mereka dapat memperkenalkan teknologi baru dalam pelayanan, mengorganisir kegiatan sosial yang lebih inklusif, atau menggunakan media digital untuk memperluas jangkauan gereja ke masyarakat yang lebih luas. Mereka juga sering membawa pendekatan baru dalam berinteraksi dengan jemaat, dengan lebih terbuka dan responsif terhadap kebutuhan jemaat yang terus berkembang. Peran Permata GBKP ini sangat penting dalam memastikan bahwa gereja tetap relevan dengan perkembangan zaman. Dengan mendengarkan ide-ide dan inisiatif mereka, gereja dapat lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, baik secara spiritual maupun sosial. Permata GBKP bukan hanya peserta, tetapi juga pelopor dalam mendorong gereja untuk lebih terbuka terhadap perubahan, sekaligus tetap menjaga nilai-nilai inti yang penting bagi suatu komunitas.