Sudah 3 minggu lebih tak ada kabar dari Jaka yang sekarang sedang ditugaskan di Papua. Nuri bukan hanya resah ataupun gelisah, tapi lebih kearah pasrah. Ia hanya bisa terus berdoa sambil sesekali menghubungi rekan-rekan Jaka yang dikenalnya, siapa tahu ada kabar terbaru darinya.
Situasi di ujung timur Indonesia memang sedang tak menentu. Mereka yang menginginkan pisah dari Indonesia dan membentuk negara sendiri dalam beberapa bulan terakhir semakin gencar melaksanakan aksinya. Baik itu di dunia nyata maupun dunia maya. Bagi mereka, tak ada jalan lain selain melawan sampai titik darah penghabisan.
"Aku sudah jengah dengan semua pemberitaan ini, coba kamu baca, masa dia bilang pelakunya tentara." Kata Jaka sambil menyerahkan gadgetnya kepada Nuri. Di salah satu portal berita yang sedang Jaka baca tertulis bahwa tentara banyak melakukan pelanggaran kemanusiaan selama bertugas di Papua.
"Mas yang sabar yaa, media terkadang memang seperti itu." Nuri coba menenangkan sambil mengusap bahu kekasihnya itu.
"Sebentar lagi mau ada rotasi."
"Maksudnya?"
"Satgas yang bertugas di Papua akan segera ditarik, digantikan yang baru."
"Kamu mau ke Papua?" Tanya Nuri dengan wajah mulai diliputi kecemasan.
"Mungkin..."
"Yah, kalau sudah tugas mau bagaimana lagi." Terdengar hembusan nafas panjang keluar dari hidung Nuri yang mancung. "Tak usah terlalu dirisaukan lah mas, jalani saja dengan ikhlas. Toh ini semua pilihan hidup kamu."
"Tapi aku khawatir kamu...."