Kemudian, Soh-ji memotong kumis harimau yang sedang asyik makan. Soh-ji lalu berdiri dan di pintu gua, sambil meneteskan air mata Soh-ji mengucapkan salam perpisahan.
Soh-ji lalu bergegas pergi ke kuil pertapa. Sesampainya di sana, dengan terengah-engah, kehabisan napas dan cemas, Soh-ji mengangsurkan kumis harimau kepada pertapa.
"Guru, ini kumis harimau yang Guru butuhkan untuk membuat ramuan."
Pertapa itu mengamati kumis harimau yang diberikan Soh-ji, lalu bertanya,
"Benarkah ini kumis dari harimau hidup?"
"Benar Guru," jawab Soh-ji tegas.
"Kalau begitu, coba ceritakan bagaimana caramu mendapatkannya."
Soh-ji lalu menceritakan setiap detail tentang bagaimana dia memberi makan harimau setiap hari selama enam bulan dan akhirnya memotong kumisnya. Dia menceritakan tentang bagaimana dia diam-diam pergi setiap hari ke gua dengan semangkuk makanan, tanpa sepengetahuan suaminya.
Soh-ji juga bercerita bagaimana harimau itu akhirnya percaya dengannya, dan mereka berdua menjadi dekat satu sama lain.
"Dan pagi tadi akhirnya saya berhasil memotong sehelai kumisnya. Begitulah ceritanya, Guru," kata Soh-ji mengakhiri ceritanya dengan nada bangga.
Mendengar cerita Soh-ji, pertapa itu tersenyum. Disimpannya kumis harimau itu di saku jubahnya.