"Tapi, dari mana saya bisa mendapatkan kumis harimau hidup itu, Guru?"
"Aku tahu ini pekerjaan yang sangat sulit. Tapi ketahuilah Nak, aku benar-benar membutuhkan kumis harimau hidup itu untuk membuat ramuan buat suamimu. Pergilah ke sisi gunung yang satunya. Di sana ada sebuah gua, di dalamnya tinggal seekor harimau. Cabut salah satu kumisnya dan bawa ke sini," kata pertapa itu memberi petunjuk.
Soh-ji lalu pulang ke rumahnya. Sepanjang jalan, Soh-ji berpikir keras bagaimana caranya dia bisa mencabut kumis dari harimau yang masih hidup.
Akhirnya Soh-ji mendapat ide. Pagi-pagi sekali ia memasak nasi, lalu mencampurnya dengan kuah dan potongan daging. Ditaruhnya nasi daging itu dalam mangkuk besar. Kemudian ia pun pergi ke sisi gunung tempat harimau itu tinggal dalam sebuah gua.
Sesampainya di mulut gua, Soh-ji mengendap dengan hati-hati, lalu meletakkan mangku berisi nasi daging. Setelah itu, ia lari secepat kilat agar tidak sampai ketahuan harimau di dalamnya.
Keesokan harinya, Soh-ji kembali ke gua. Dilihatnya mangkuk berisi nasi daging itu habis. Soh-ji kemudian menggantinya dengan mangkuk yang berisi nasi daging baru, lalu kembali lari secepat kilat.
Soh-ji melakukan ini setiap hari selama berbulan-bulan. Sejauh itu, tidak pernah sekalipun dia melihat harimau. Sampai suatu hari, ketika di pintu gua, Soh-ji melihat mangkuk makanan itu terletak agak di jauh di dalam. Dengan hati-hati, Soh-ji masuk ke dalam gua dan mengganti mangkuk itu dengan mangkuk yang baru berisi nasi daging. Ketika itulah Soh-ji melihat sorot mata harimau yang menatapnya dengan tajam. Seketika, Soh-ji langsung berbalik arah dan lari meninggalkan gua.
Keesokan harinya, Soh-ji kembali melihat harimau itu, dan kembali Soh-ji langsung lari usai meletakkan mangkuk makanan. Di hari berikutnya, harimau itu keluar dari gua dan melangkah dengan lembut ke pintu gua ketika langkah kaki Soh-ji baru terdengar.
Lambat laun, harimau itu terbiasa dengan kedatangan Soh-ji. Berbulan-bulan kemudian, Soh-ji dan harimau itu menjadi akrab. Bahkan Soh-ji sampai berani mengelus dan memeluknya. Meski begitu, Soh-ji belum berani memotong kumis harimau untuk diberikan kepada pertapa sebagai bahan obat.
Pada suatu hari, Soh-ji memutuskan sekarang waktunya untuk mengambil kumis harimau. Dia pun bangun lebih awal dan membawa pisau saku kecil untuk memotong kumis harimau.
Sesampainya di gua, seperti biasa Soh-ji meletakkan mangkuk makanan. Saat harimau itu makan, Soh-ji mengelus kepalanya dan berbisik lembut, "Hol (dari kata 'holang-i/harimau'), maafkan aku ya. Aku membutuhkan satu lembar kumismu,."