"Guru, tolonglah beri saya sesuatu untuk mengembalikan suami saya yang lama. Ramuan, jampi-jampi, jimat atau apapun itu. Tolonglah Guru, apa saja yang bisa Guru berikan agar suami saya kembali seperti dulu."
"Kamu tahu Nak, aku biasanya mengobati penyakit fisik, bukan masalah sifat manusia yang berubah seperti suamimu ini," kata pertapa itu.
"Saya tahu Guru. Tapi, saya benar-benar sudah putus asa dengan sikap suami saya yang baru," kata Soh-ji. Air matanya perlahan menetes.
Melihat Soh-ji yang putus asa, pertapa itu pun luluh hatinya.
"Baiklah, aku akan berusaha menolongmu. Beri aku waktu tiga hari untuk memikirkannya. Setelah tiga hari, kembalilah kesini."
Setelah tiga hari, Soh-ji kembali menemui pertapa di kuilnya.
"Anakku, saya bisa membantu mengembalikan sifat suamimu seperti ketika kamu baru menikahinya. Aku bisa membuat ramuan untuk menyembuhkan suamimu. Sayangnya, ada satu bahan ramuan yang sulit kudapatkan. Apakah kamu siap dan bersedia mendapatkannya?"
"Guru, saya akan melakukan apapun agar suami saya bisa kembali seperti semula. Apa bahan yang Guru inginkan untuk membuat ramuannya?"
Pertapa itu tersenyum mendengar kesiapan Soh-ji, yang menjadi bukti kecintaan Soh-ji pada suaminya.
"Kamu harus membawakanku selembar kumis dari harimau hidup," kata pertapa itu pada Soh-ji.
Mendengar permintaan sang pertapa, Soh-ji sangat terkejut. Dia tahu ini pekerjaan yang hampir mustahil bisa ia lakukan.