Kembali mahasiswi itu menggelengkan kepalanya.
"Baiklah. Kalau Putri tidak mau keluar sendiri, saya terpaksa mengeluarkan Putri dengan paksaan. Lalu Putri akan saya buang jauh-jauh supaya tidak mengganggu siapapun juga."
Mahasiswi yang kerasukan Putri itu kembali menggelengkan kepalanya. Tubuhnya meronta dengan kuat hingga beberapa panitia harus memeganginya dengan erat.
Ustad muda itu lalu duduk bersimpuh di dekat mahasiswi tersebut dan meminta kami semua yang masih berdiri untuk ikut duduk atau berjongkok. Kemudian ustad muda tersebut memegang wajah si mahasiswi sambil melafalkan ayat suci.
Tubuh mahasiswi itu meronta dan suara keras bernada mengancam keluar dari mulutnya.
"Mau apa kamu, heh!"
Ustad muda itu tidak menjawab, masih meneruskan usahanya mengeluarkan Putri dari tubuh si mahasiswi. Tak lama kemudian terdengar teriakan keras yang menggema ke seluruh ruangan. Tubuh mahasiswi itu berusaha untuk bangun namun berhasil ditahan dengan susah payah oleh beberapa panitia.
Kemudian hening. Tak ada suara apapun yang keluar dari mulut mahasiswi. Matanya tertutup dan raut wajahnya juga terlihat tidak tegang lagi.
"Lebih baik kalian antarkan mahasiswi ini pulang ke rumah. Saya akan menemani untuk berjaga-jaga," kata ustad tersebut pada panitia ospek. Dodik, ketua panitia yang ada di dekatnya mengangguk lalu meminta rekannya untuk menyiapkan kendaraan.
Sebuah sentuhan yang hinggap di pundak membuatku sedikit terperanjat. Kutoleh ke belakang dan kulihat Sigit, teman kami yang berpengalaman dalam masalah supranatural sudah datang. Sigit memberi isyarat padaku untuk mengikutinya ke luar ruangan.
Kulihat Sigit melangkah ke lapangan volley tempat ospek fakultas diselengarakan. Lapangan itu dulunya tanah kosong yang dipenuhi semak belukar. Hanya bagian tengah saja yang dibersihkan untuk digunakan sebagai tempat pertandingan. Sementara di sekelilingnya masih tumbuh semak-semak liar.