"Ada yang merasuki mereka Wan. Dan yang ini paling kuat, mungkin pemimpinnya. Kamu lihat sendiri waktu dia berteriak langsung menular pada yang lain," kataku.
Wajah Iwan tampak kebingungan, sekaligus tegang. Dia mendekati beberapa panitia yang sedang berkumpul merundingkan kejadian yang sangat tidak terduga ini. Dari luar ruangan panitia ospek dibantu mahasiswa baru menggotong teman mereka yang pingsan di lapangan setelah mendengar lengkingan suara tadi.
Aku lalu berkeliling melihat korban lainnya. Kuhitung ada sekitar 15 mahasiswa baru yang pingsan. Kondisinya sama dengan mahasiswi yang jempol kakinya kupijit tadi. Raut wajah yang tegang meski mata tertutup rapat. Beberapa diantaranya badannya bergerak-gerak pelan.
Kulihat Iwan bersama Dodik, ketua panitia ospek fakultas bergegas mendatangiku.
"Mam, kamu bisa menangani?" tanya Dodik.
Aku menggelengkan kepala.
"Gak bisa Dik. Aku gak tahu bagaimana cara meruqyah. Lebih baik kalian panggil ustad saja. Sekalian coba hubungi Sigit, mungkin dia bisa membantu."
Sigit, teman kuliah kami setahuku punya kemampuan indra keenam. Dia juga sering mengalami hal-hal mistis dan tahu seluk beluk supranatural.
"Gimana Wan," tanya Dodik menolah ke Iwan.
"Aku gak punya kenalan ustad yang bisa meruqyah Dik," jawab Iwan.
"Begini saja, coba kalian tanya ke takmir Masjid kampus, atau ke penduduk kampung sebelah. Mungkin mereka tahu siapa ustad yang bisa meruqyah," kataku memberi saran. Gedung laboratorium fakultasku ini memang dekat dengan perkampungan penduduk, tinggal jalan kaki beberapa meter melewati gerbang belakang kampus.