"Nggak ada sih, kenapa?" kata Rayhan.
"Boleh nggak Mita minta Pak Ray nemenin Mita makan nanti malam. Ada sesuatu yang ingin Mita bicarakan sama Pak Ray," kata Mita. Matanya masih menunduk malu.
"Tapi kalau Pak Ray sibuk, gak usah juga nggak apa-apa," kata Mita buru-buru menambahkan.
Rayhan merasa serba salah. Ditolak, dia merasa tidak enak dengan Mita. Kalau diterima, dia takut ada gosip-gosip liar di kantornya. Tapi, Rayhan juga merasa penasaran, apa yang hendak dibicarakan Mita dengan dirinya. Apakah ada kaitannya dengan puisi-puisi misterius yang diterimanya?
"Tumben ngajak makan malam. Lagi dapat rejeki nomplok ya?," kata Rayhan mencoba mencairkan suasana kaku yang terjadi.
"Nggak kok Pak. Mita cuma ingin minta pendapat Pak Ray tentang sesuatu," jawab Mita sambil mencoba tersenyum.
"Cuma saya saja yang diajak? Entar ada yang marah loh," kata Rayhan menggoda.
"Nggak pak. Nggak ada yang marah kok. Memang siapa yang mau marah?" kata Mita. Nada suaranya sudah kembali normal.
"Kali aja ada yang marah, hehehe. Ya sudah. Tapi habis Isya' aja ya. Memangnya mau makan malam dimana?" tanya Rayhan. Dia akhirnya lebih memilih menerima ajakan Mita. Rasa penasarannya mengalahkan rasa khawatir bila nanti ada yang tahu dan timbul gosip-gosip yang tidak menyenangkan.
"Di PH aja pak, yang dekat tempat kost saya, daerah Ciliwung," jawab Mita. Matanya terlihat berbinar mendengar Rayhan menyanggupi permintaannya.
"Jam 7 malam ya, Insyaallah nanti saya kesana. Sudah ya Mit, saya mau ke ruang Bu Indri, Assalamualaikum" kata Rayhan berpamitan.