Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Bulan untuk Zahra (2)

11 Januari 2015   08:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya,Ra....mas Krisna kenapa, kenapaa,Ra??!!” Zahra tak sabar menunggu jawaban dari Kheira, berharap tak terjadi hal buruk pada diri Krisna.

“Mas Krisna kecelakaan,mbakkk....Keadaannya sekarang kritis di Rumah Sakit. Mbak Zahra harus kesini secepatnya” sahut Kheira di akhir teleponnya, masih dengan tangis yang terpecah dan suara patah-patah.

Gelegar petir seperti menyambar Zahra. Merobohkan dan meluluh lantakkan bangunan tangguh dan kuat yang dibangunnya bersama Krisna. Beberapa detik sesudahnya, dia seolah tak bisa bernafas. Sesak yang teramat sangat begitu menghimpit dadanya. Diambilnya nafas dalam-dalam, menghela sedikit udara.

“Kheiraa...kamu tenang ya. Jangan panik. Mbak segera datang”.

Zahra mencoba mentransfer kekuatannya dan membesarkan hati Kheira. Di saat-saat darurat begini, dia tak ingin menambah suasana menjadi kacau bila dia terlihat rapuh di hadapan Kheira.

23.53 WIB

Namun, kepanikan Zahra sesungguhnya tak kalah hebat. Kekhawatirannya sontak meraja. Menelikungnya erat dari ujung kaki hingga kepala. Otaknya nyaris tak berfungsi dan tak bisa bekerja menerima perintahnya. Zahra lunglai, serasa tercabuti satu persatu seluruh tulang dari persendiannya. Semenit berikutnya, dikumpulkan sisa-sisa tenaga yang masih ada di ujung lemasnya. Dia bingung, tersandar di sisi tempat tidurnya.

“Apapun yang sedang kau rasakan sekarang,..bertahanlah,Kris. Bertahanlah demi aku. Aku yakin kamu pasti bisa. Tunggu aku,..tunggulah aku Kris”.

00.00 WIB

Segenggam doa terangkum di benak Zahra. Beberapa saat sesudahnya dia benar-benar tak bisa merasakan apa-apa.  Dia ingin melawan dan berontak sekuat tenaganya. Tapi dia tak mampu. Dia telah terbawa dan terseret menuju alam bawah sadarnya. Dia makin terlihat lemas dan makin jauh terseret.

Dia mencoba menggapai apapun di sekitarnya untuk dijadikan pegangan. Tapi terlambat. Semua yang dilihatnya makin mengabur. Tatap matanya pun makin nanar. Seluruh ruang kamarnya memancarkan warna putih perak menyilaukan. Tubuhnya limbung. Dia tak kuasa bertahan dan akhirnya jatuh tersungkur di samping tempat tidurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun