Mohon tunggu...
Swazta Priemahardika
Swazta Priemahardika Mohon Tunggu... lainnya -

Sering berhayal ketika minum kopi,..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Bulan untuk Zahra (2)

11 Januari 2015   08:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gak lah, Kris. Aku hanya tak ingin keberadaanku menjadi beban dalam hidupmu. Itu aja”.

Jawaban pendek Zahra membuat Krisna tersudut. Sepertinya, dia sedang berdiri di persimpangan jalan dan belum tahu ke arah mana Zahra akan dibawanya. Atau, setidaknya ada tempat khusus untuk Zahra di hatinya, jika satu saat nanti dia benar-benar harus menikah dengan Tania. Tapi, apakah itu satu-satunya pilihan terbaik? Krisna terus bernegosiasi dengan hati dan logikannya.

“Bukan masalahmu, tapi masalah kita,Ra”.

Kita bersama yang memulainya, dan kita juga yang harus menyelesaikannya sebelum semuanya makin tambah buruk,Ra”, bantah Krisna seolah mencoba menenangkan Zahra dari himpitan gelisahnya.

“Maksudmu sebelum si Tania tunanganmu tahu tentang hubungan kita,kan?” balas Zahra seolah meneruskan perkataan Krisna.

“Iya, antara lain itu” sahut Krisna lirih, nyaris tak terdengar.

Entah kenapa, kali ini suara Krisna seolah terputus, seperti signal operator selular yang acap kali dikesalkan Zahra saat Krisna menelpon. Dan di ujung diam mereka, keduanya seolah ingin berontak dan membalikkan keadaan sembari berharap situasi yang mereka hadapi saat ini akan berpihak pada mereka.

Beberapa menit sesudahnya, Zahra si pemilik kulit putih bersih berperawakan sedang dengan balutan sweater hitam yang dikenakannya malam itu tampak gusar. Sebentar bangun dari duduknya, berjalan mengitari bangku sambil lekat memandang Krisna. Setelah cukup lelah menelusuri berbagai jalan alternatif yang seolah membekukannya di titik buntu, Zahra hanya bisa pasrah. Menyerahkan segala urusan kepadaNya.

Dia kembali duduk sambil menutup wajah dengan kedua tangannya yang perlahan mulai dingin. Tapi dia tak menangis. Karena baginya, menangis tidak akan memecahkan masalah. Dia hanya butuh solusi dan bukan menyerah. Meski hanya ada satu jalan, seterjal apapun itu akan dia lalui bersama Krisna. Meski dengan konsekuensi hanya mendapat separuh hati Krisna sekalipun, dia tak peduli. Sama sekali tak pernah peduli. Semua itu karena Zahra teramat mencintai dan tak mau kehilangan Krisna.

Gelisah Krisna tak kalah dahsyatnya. Dia hanya memandangi Zahra. Menatapi guratan mendung yang terpahat jelas di wajah Zahra. Dan semakin lama Krisna menatapnya, rasa bersalahnya sungguh semakin membuatnya tak berdaya.

“Aku antar kamu pulang ya,Ra” ajak Krisna sambil meraih tangan mungil Zahra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun