Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Sembrono dengan Pemimpin Jawa, Bisa Lungkrah

27 Oktober 2022   19:17 Diperbarui: 27 Oktober 2022   19:30 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DI indonesia, pimpinan nasional sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan adalah presiden. Pak Jokowi sebagai presiden kini menjalani periode kedua kepemimpinannya sejak 2019 hingga 2024. 

Bagian terpentingnya, bagaimana memimpin bangsa ini dalam pembangunan menuju cita-cita luhurnya yang berkelanjutan bisa tercapai.

Menuju ke tahun 2024, walau sikon masih cair, kini dinamika politik mulai panas, terutama dalam memilih siapa calon presiden. Ada tiga calon dengan elektabilitas dua digit yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. 

Sementara baru dua calon presiden yang sudah diusung, yaitu Prabowo oleh Gerindra dan Anies oleh Partai NasDem. 

Sementara PDIP dan Golkar sebagai partai dua digit belum memunculkan calonnya. Ganjar sebagai kader belum diputuskan tentang pencalonannya oleh Ketum PDIP.

Ada peristiwa menarik yang diberitakan, yang mana saat menyampaikan sambutan dalam acara puncak HUT ke-58 Partai Golkar, Jumat (21/10/2022) di JIExpo Kemayoran.

Presiden Jokowi menyampaikan pesan politik yang menurut istilah teman penulis, Kang Pepih Nugraha melalui gaya bahasa "high context culture", tidak seperti biasanya. Jokowi meyakini Partai Golkar tidak akan sembrono dalam mendeklarasikan calon presiden yang akan maju di Pemilu 2024 mendatang.

"Oleh sebab itu, saya yakin Golkar akan dengan cermat, akan dengan teliti, akan dengan hati-hati, tidak sembrono, dalam mendeklarasikan calon presiden yang maju Pemilu 2024." 

Ditegaskannya, "Saya juga meyakini bahwa yang akan dipilih oleh partai Golkar, capres maupun cawapres, ini adalah tokoh-tokoh yang bener."

Dari perspektif penulis, nampak ada yang mengganggunya, beliau adalah seorang visioner. Oleh karena itu mari kita lihat filosofi atau falsafah Pak Jokowi, agar mereka yang tidak faham dengan karakternya tidak 'gebyah uyah', dan akan merugi pastinya.

Falsafah Presiden

Presiden Jokowi berasal dari Jawa, dan umumnya suku Jawa itu mempunyai falsafah sebagai pegangan hidup. Nah dalam sebuah wawancara, saat presenter Retno Pinasti menanyakan apa pegangan hidup Pak Jokowi disebutkan ada tiga yaitu :

"Lamun Siro Sekti Ojo Mateni" (Meskipun kamu sakti atau kuat, jangan suka menjatuhkan).

"Lamun Siro banter, Ojo Ndhisiki" Meskipun Kamu Cepat Jangan Suka Mendahului.

"Lamun Siro Pinter, Ojo Minteri" Meskipun Kamu Pandai Jangan Sok Pintar' itu aja," ungkap Jokowi.

Analisis

Politik adalah salah satu komponen intelstrat, karena itu tidak bisa hanya dilihat yang tersurat, kasat mata, tetapi juga yang tersirat. Nampaknya ada perbedaan sudut pandang dalam mengusung capres Anies Baswedan. 

Persoalannya NasDem adalah partai pendukung pemerintah, Sekjen PDIP Hasto Kristianto juga ikut menanggapi kasus ini. 

Jokowi jelas faham bahwa Anies dinilai secara umum representasi kalangan Islam bukan kelompok moderat. PKB, PAN, PPP dan NU tidak berkoalisi dengan NasDem. 

Apakah tidak boleh? Ya jelas di negara demokrasi ini boleh saja. Masalah mulai muncul, setelah adanya semacam deklarasi para mantan pengurus Hizbut Tahrir (HTI), FPI, mantan teroris dan kelompok yang dikenal radikal yang mendukung deklarasi Anies sebagai capres.

Dari catatan pesta demokrasi, pada pilpres 2019 kelompok radikal mendukung capres Prabowo-Sandi. Kekuatan dan fanatisme itu lumpuh setelah Prabowo masuk di Kabinet. Mereka marah tidak puas terlebih HTI dan FPI akhirnya dibubarkan dan dilarang.

Nah, kini kelompok aliran keras ini mendapat tempat berlabuh, setelah Anies resmi diusung oleh NasDem. Dua parpol lagi nampaknya akan merapat, merencanakan berkoalisi dengan NasDen, yaitu PKS dan Partai Demokrat.

Bagaimana dengan kelompok lokal yang disebut terlibat aksi terorisme? Para pengikut Al Qaeda terbagi dalam dua barisan, di bawah permukaan (gandzim siri) dan diatas permukaan, ada yang masuk kegiatan politik, bertujuan membentuk negara khilafah seperti juga yang dicita-citakan HTI sesuai versi masing- masing. 

Selain itu ada yang konsisten di jalur dakwah, dan ada yang masuk dan berganti baju ormas terbuka untuk menyatukan ummat yang terbelah.

Sementara, loyalis ISIS yang struktural memilih cooling down namun sesekali ada kegiatan idad yang tercover. 

Tetapi yang bermain di medsos tetap jalan dan cukup membahayakan karena melakukan indoktrinasi, pengkaderan bahkan memberi pembelajaran terkait senpi, dan pembelian bahan-bahan melalui online. Ini tercatat jaringan yang paling berbahaya saat ini.

Pertanyaan dari perspektif intelijen, apakah Anies akan semakin kokoh sebagai capres? Walau kini sikon politik masih cair, selain Pemuda Pancasila, mulai ada perorangan dari parpol lain yang mendukung Anies, juga ada dari organisasi Islam. Kekuatan Anies justru karena dianggap tokoh yang merepresentasikan Islam. 

Hambatan terbesarnya selama ini belum ada parpol berbasis agama yang memperoleh dukungan hingga dua digit. Partai nasionalis selalu menguasai panggung politik di Indobesia. 

Apakah NasDem akan konsisten? Dalam dunia politik ini masih perlu dipertanyakan. Politik is not a game, but a serious business (Winston Churchill)

Pertanyaan intelstrat lainnya; Apakah AS akan mendukung Anies yang lama sekolah di AS? Seperti kita ketahui, Amerika hanya menilai dan mengukur siapa capres di Indonesia dari kepentingan nasionalnya. 

Di masa lalu menurut Snowden, AS dengan Inggris dan Israel membentuk Islamic State untuk melindungi Israel dari serangan Syria. 

Setelah Syria lumpuh, ISIS dihabisi, AS dengan konsep rebalancing bergeser ke Asia Pasifik untuk menghadapi ulah China yang mencoba menjadi sherif di Laut China Selatan. 

AS kini hanya ingin konsep Indo Pacific di dukung negara-negara di Asia Tenggara terutama Indonesia dan Malaysia. AS ingin kedua negara ini tidak terlalu rapat dengan China, karena China dan Rusia disebut sebagai musuhnya.

Nah, saat ini ada dua capres yang pernah sekolah di AS, Prabowo dan Anies. Prabowo yang dahulu punya masalah HAM ditolak ke AS, kini sebagai Menhan sudah bebas masuk AS dan bahkan akan membeli F-15, dia jelas nasionalis. 

Sementara, Anies walau lama di AS, kini selain NasDem, dia didukung kelompok radikal. Dari sejarah sejak 2014, kini nampaknya ISIS tidak diminati dan bukan lagi kebutuhan AS dan Israel, yang mana Anies yang didukung radikal keras justru bisa kurang disukai. 

Di sini Prabowo sebagai nasionalis akan lebih diminati. AS menilai ancaman keamanan nasionalnya adalah China (RRT), siapa capres yang tidak dekat dengan China akan lebih disukai. 

Hingga saai ini AS memandang Pak Jokowi adalah tokoh kuat demokrasi, cukup berperan baik di G20 dan akan menjadi Ketua ASEAN tahun depan.

Kesimpulan

Dari acara HUT Golkar, terlihat Presiden nyaman dan faham kekuatan politik Golkar, yang Ketumnya masih tetap menjadi Menko. Bagi tokoh-tokoh dan parpol lainnya, sebaiknya lebih memahami karakter pemimpin Jawa ini dengan falsafahnya. 

Sebaiknya tidak over confident menyikapi sikon yang berlaku, kasus Sambo adalah studi kasus akibat over confident, nose up dan salah hitung mengakibatkan Sambo kini dihabisi. 

Dari informasi yang berhembus, nampaknya akan terjadi reshuffle kabinet sebagai hak prerogatif presiden dalam mengantisipasi perkembangan situasi politik. 

Pesan penulis jangan under estimate dan jangan sembrono dengan Pak Jokowi yang masih menjabat presiden, dilindungi konstitusi, memiliki kekuasan, pendukungnya masyarakat dan parpol koalisi masih kuat, diakui dekat dengan AS, presidensi G-20. Hati-hati, Anda bisa lungkrah (hilang kekuatan). Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier

Penulis: Marsda (Pur) Prayitno W. Ramelan, Pengamat intelijen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun