Pada hari Selasa (14/04/2022), anggota KPU dan Anggota Bawaslu masa jabatan 2022-2027, sudah dilantik oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI kemudian meluncurkan hari pemungutan suara Pemilu serentak tahun 2024 jatuh pada hari Rabu, 14 Februari 2024 dan pemungutan suara pemilihan kepala daerah (Pilkada) jatuh pada Rabu, 27 November 2024.
Tahapan Pemilu
Pada tanggal 1-7 Agustus 2022 dimulai pendaftaran partai politik. Pada 1 Januari-9 Februari 2023 penetapan daerah pemilihan dan dilanjutkan dengan pendaftaran anggota DPD, DPR, dan DPRD pada 1-14 Mei 2023.Â
Pada 1-21 Juni 2023 penetapan daftar pemilih tetap (DPT). Pada 7-13 September 2023 pendaftaran bakal pasangan capres dan cawapres, dilanjutkan penetapan pasangan capres dan cawapres. Daftar calon tetap (DCT) anggota DPR, DPD, dan DPRD dilakukan pada 11 Oktober 2023.
Masa kampanye digelar pada 14 Oktober 2023 sampai 10 Februari 2024. Dalam periode ini, kampanye berupa pertemuan terbatas, tatap muka, penyebaran bahan kampanye, dan pemasangan alat peraga.Â
Pada 21 Januari-10 Februari 2024, kampanye berupa rapat umum dan iklan media massa. Pemungutan dan penghitungan suara capres dan cawapres, anggota DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan DPD RI dilaksanakan pada 14 Februari 2024.
KPU mengusulkan anggaran penyelenggaraan Pemilu 2024 sebesar Rp 86,26 triliun, akan bersumber dari APBN tahun 2021 hingga 2025 dengan nilai yang bervariasi.
Pengamatan Pemilu dan Pilpres
Sejak tahun 2004, penulis mulai lebih fokus mengamati pemilu legislatif dan pilihan presiden. Pada pilpres 2004, penulis mencermati siapa Capres yang akan jadi pemenang, apakah ini murni kepentingan kita atau juga kepentingan negara besar.Â
Saat itu ada sebuah survei semi clandestine asal AS yang kontinyu mensurvei persaingan Capres Megawati dengan Capres SBY. Ternyata laporan survei tersebut tiga bulan sebelum pilpres sudah dilaporkan ke Gedung Putih dengan kesimpulan "The Next President is General Susilo Bambang Yudhoyono".Â
Penulis tidak mengetahui siapa handler-nya, tetapi jelas itu kesimpulan matang organisasi clandestine AS yang sudah bisa membaca siapa presiden terpilih dan wakil presiden JK tahun 2004-2009, dan benar.
Nah, bagaimana prediksi pemilu legislatif dan pilpres 2024 masih jauh, tapi dinamika politik itu cepat dan terus bergulir. Penulis mencoba membuat prediksi dari persepsi intelijen.Â
Untuk pemilu legislatif, partai kelas atas, partai yang punya patron ada dua, PDIP (Megawati) dan Gerindra (Prabowo), ada parpol ketiga Nasdem, patronnya Surya Paloh yang berpeluang menyeruak.Â
Sementara Golkar partai terbuka tetapi karena sudah mengakar sejak jaman Pak Harto diperkirakan masih eksis. Kekuatan partai nasionalis kuat pada 2019, diperkirakan pada 2024 masih dominan.
Basic Descriptive Intelligence, Sebagai Dasar Pertimbangan Hasil perolehan suara pemilu legislatif sepuluh besar tahun 2019:
1. PDI-P: 27.053.961 (19,33 persen)
2. Gerindra: 17.594.839 (12,57 persen
3. Golkar: 17.229.789 (12,31 persen)
4. PKB: 13.570.097 (9,69 persen)
5. Nasdem: 12.661.792 (9,05 persen)
6. PKS: 11.493.663 (8,21 persen)
7. Demokrat: 10.876.507 (7,77 persen)
8. PAN: 9.572.623 (6,84 persen)
9. PPP: 6.323.147 (4,52 persen)
10. Perindo: 3.738.320 (2,67 persen)
Survei Tiga Besar Nama Capres mulai Mengerucut
Survei SPIN (28 Maret-7 April 2022), tiga besar: 1. Prabowo Subianto 26,5% 2. Ganjar Pranowo 17,2% 3. Anies Baswedan 13,2%
Survei PWS (1-11April 2022), tiga besar: 1. Prabowo Subianto 26,5% 2. Ganjar Pranowo 17,8% 3. Anies Baswedan 16,7%
Survei SMRC (rilis survei, dikutip Jumat (8/4/2022) tiga besar: 1. Ganjar Pranowo 18,1 % 2. Prabowo Subianto 17,6 % 3. Anies Baswedan 14,4 %
Sebagaimana pernah penulis sampaikan, bahwa intelijen adalah bisnis yang sulit dan akan berakhir menjadi sebuah prediksi. Melihat data pemilu 2019, tiga posisi di atas diduduki partai nasionalis, dua diantaranya punya patron.Â
Budaya paternalistik dari masyarakat akan tetap meneguhkan PDIP dan Gerindra, kecuali kedua patron tidak menjadi ketua umum lagi atau tidak eksis di partai.Â
Golkar dengan pemilih setianya masih bisa berada di papan atas. Partai Nasdem yang berada diposisi ke lima dengan patron Surya Paloh yang memiliki media group, bila strategi conditioning-nya tepat berpeluang naik ke peringkat papan atas.
Sementara, Partai berbasis Islam PKB dan PKS akan tetap eksis. PKB yang identik dengan NU tetap berada di papan tengah. PKS bisa naik petingkat, akan mendapat tambahan suara ex pendukung Prabowo aliran Muslim keras yang split sebagai pendukung 08.Â
Hanya perlu diwaspadai oleh pengurus PKS, pengikut HTI dan Al Qaeda serta NII akan berjuang di wilayah legislatif, kemungkinan PKS bisa menjadi alternatif pilihan ideal mereka.
PAN sepertinya sulit ke papan atas, sayang warga Muhammadiah tidak solid, terutama setelah Amin Rais membuat parpol baru. Demikuan juga PPP harus berebut konstituen dengan parpol berbasis Islam lainnya.Â
Perindo besutan Harry Tanoe belum punya strategi komunikasi, walau memiliki media MNC. Perlu memikirkan ahli conditioning, peluangnya besar dengan sarana dan dana kuat.
Bagaimana peluang Capres?
Elektabilitas capres hanya bisa terbaca dari survei yang benar, bukan yang abal-abal. Demikian yang terjadi pada pilpres 2004, 2009, 2014 dan 2019.Â
Penulis banyak mengulas hasil survei. Saat ini secara kasar ada tiga tokoh besar capres yang selalu muncul dengan elekrabilitas tertinggi di tiga besar.Â
Elektabilitas erat terkait dengan popularitas. Ketiganya adalah adalah Prabowo Subianto (Menhan), Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng) dan Anies Baswedan (Gubernur DKI Jakarta).
Sedikit banyak jabatan selalu berpengaruh terhadap elektabilitas. Prabowo sebagai Menhan paling nyaman dan aman bila tidak di reshuffle elektabilitasnya stabil.Â
Posisi Anies yang akan selesai menjadi Gubernur DKI pada Oktober 2022 dan Ganjar pada 2023 sedikit banyak bisa berpengaruh terhadap elektabilitasnya, tetapi keduanya sudah cukup kuat dikenal dan punya pendukung setia.
Dari dinamika politik, diberitakan tiga menteri Kabinet  lain yang akan nyapres selain Menhan Prabowo. Mari kita lihat elektabilitasnya hingga April 2022.Â
Dari hasil survei SPIN, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (4,3 persen), Erick Thohir (1,8 persen) dan Airlangga Hartarto (1,3 persen).
Dari survei PWS, elektabilitas tiga Menteri Sandiaga Uno 6,9 persen, Erick Thohir 2,1 persen dan Airlangga Hartarto 0,9 persen. Dari survei SMRS, Sandiaga Uno 2,9 persen, Erick Thohir 1,0 persen dan Airlangga 0,9 persen.
Presiden Jokowi yang tidak bisa maju lagi pada pilpres 2024 menurut penulis masih memiliki peran besar  sebagai king maker.Â
Kita lihat hasil pilpres 2019, Jumlah perolehan suara Jokowi-Ma'ruf mencapai 85.607.362 atau 55,50 persen suara, sedangkan perolehan suara Prabowo-Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen suara.Â
Selisih suara kedua pasangan mencapai 16.957.123 atau 11 persen suara. Pada pilres 2014 pasangan Jokowi-JK, 70.997.833 (53,15%). Unggul dari pasangan Prabowo - Hatta 62.576.444 suara (46,85%).
Nah, bila melihat data, pendukung Presiden Jokowi pada pilpres 2014 yang hampir 80 juta dan menjadi 85 juta lebih pada pilres 2019, artinya hingga kini puluhan  juta pendukungnya masih melekat kepada sosoknya.Â
Pada pilpres 2024 tergantung akan diarahkan kemana, ini salah satu kunci sukses dan besarnya peran Pak Jokowi sebagai 'King Maker'. Dalam posisinya ini, tergantung siapa capres yang bersedia meneruskan program-programnya yang belum selesai saat dia turun, terutama IKN (Ibukota Nusantara) serta program perbaikan ekonomi.
Capres dalam pilpres jelas tergantung kepada parpol pengusung dan pendukung, sendiri atau koalisi yang butuh 25% suara nasional untuk mengajukan capres. Karena itu upaya terbaik ketiga capres  adalah menaikkan popularitas dan elektabilitas.Â
Komposisi parpol akan terbentuk dengan sendirinya bila elektabilitas Ganjar dan Anies masih memiliki nilai tawar. Posisi Prabowo sebagai Ketum Gerindra bisa dinilai paling kuat, hanya butuh koalisi parpol pendukung.
Sementara secara kasar penulis menilai peluang perorangan Prabowo lebih diatas dibandingkan Ganjar dan Anies, apakah begitu? Saat ini kondisi perpolitikan masih cair, belum mengental, walau ada upaya-upaya menyatukan capres dan cawapres.Â
Menurut Charta Politica, Ganjar paling kuat dipasangkan dengan siapapun akan menang. Misalnya, Ganjar Pranowo dengan Ridwan Kamil 34,8 persen.Â
Di peringkat kedua, Anies Baswedan dengan AHY dengan 26 persen, dan Prabowo dengan Puan Maharani 19,2 persen, tidak tahu tidak jawab masih 20 persen," kata Direktur Eksekutif Charta Politika. Indonesia, Yunarto Wijaya secara daring, Senin (20/12).
Simulasi kedua Ganjar dengan Erick Thohir 33,9 persen, Anies-AHY 26,2 persen, dan Prabowo-Puan 20,3 persen, undecided voters di angka 19,6 persen," Simulasi ketiga, Ganjar - Sandiaga Uno 36,3 persen. Anies Baswedan -Airlangga Hartarto 24,8 persen, dan Prabowo-Puan 18,7 persen.
Kesimpulan
Kondisi perpolitikan saat ini masih cair, walau parpol mulai mencari jodoh pasangannya. Untuk sementara diperkirakan Ganjar bila dipasangkan dengan salah satu tokoh yang sudah mempunyai elektabilitas cukup akan menjadi terkuat. Lawan Ganjar adalah Prabowo, tetapi dari simulasi bila berpasangan dengan Puan, Prabowo bisa kalah.
Siapa pasangan Prabowo terbaik untuk menyaingi Ganjar, penulis perkirakan Anies Baswedan. Lantas bagaimana strategi Ganjar bila melawan dua sosok yang elektabilitasnya tinggi itu, sosok yang tepat adalah Sandiaga Uno. Secara psikologis dari sisi 08, Â walau Prabowo kalah ataupun yang terburuk tidak maju, Sandiaga ini orangnya 08, aman sudah.
Sebagai penutup, pilpres kembali kepada teori King Maker, tergantung Pak Jokowi akan mengarahkan pendukungnya ke mana? Siapapun di antara Prabowo atau Ganjar yang didukungnya akan menang. Â
Sepertinya lebih ke Ganjar, sama-sama PDIP dan secara budaya, norma, etika sudah saling memahami. Meniru clandestine AS ("the next president is Ganjar?}, wallahualam. Â
Bagi Pak Prabowo, tergantung bagaimana pendekatan ke Pak Jokowi, jangan underestimate beliau. Pilpres bukan urusan partai semata, tetapi rakyat suka dan percaya kepada siapa kan begitu? Banyak yang masih suka ke Pak Jokowi. Semoga bermanfaat, Pray Old Soldier.
Penulis: Marsda TNI (Pur) Prayitno W. Ramelan, Pengamat Intelijen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H