Berbeda-beda mereka yang melakukan klaim khilafah. Ada Khilafah Islamic State (ISIS) di bawah Abu Bakr al-Baghdadi (sudah tewas), Khilafah Al-Qaeda, Khilafatul Muslimin, Khilafah Hizbut Tahrir.Â
Mereka berbeda jalan tetapi nanti pada akhirnya akan berebut membentuk negara Islam sesuai konsep masing-masing, dan jelas mengganti dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Caranya yang berbeda.
Pemboman bunuh diri jaringan ISIS ini saja konsep jihadnya berbeda dengan Al-Qaeda yang sama-sama kelompok terorisme. ISIS atau Islamic State akan mencapai tujuan khilafah dengan berperang, mengindoktrinasi mereka yang direkrut untuk tujuan jihad dengan jaminan surga, target mereka jelas dengan faham Takfiri mereka menyasar Gereja serta polisi yang dianggapnya musuh yang mereka kafirkan.Â
Al-Qaeda dengan jihadul khalimah (menyatukan umat dengan dengan mengesampingkan furuiyah). Al-Qaeda di Indonesia (JAS, JI, MM) kini lebih mengemukakan langkah berjamaah untuk mencapai tujuan dan bahkan memprediksi ISIS akan kalah.
Dua hal lain yang penulis amati, seperti perintah orang kedua ISIS Muhammad al-Adnani (Alm), agar simpatisan tidak perlu ke Suriah untuk berjihad, cukup di negara-masing-masing atau berkonsentrasi di Filipina Selatan.Â
Diketahui ada beberapa orang Indonesia yang pergi datang ke Filipina Selatan, ada yang disebut terlibat pemboman di Jolo Philipina Selatan, termasuk juga untuk membeli senjata. Jalur ke Philipina Selatan ini yang sangat perlu di monitor terus.
Di lain sisi, pemanfaatan aksi teror untuk proxy war masih memungkinkan walaupun dalam kasus ini agak kecil side effect dan kemungkinannya.Â
Ada sementara kecurigaan intelijen terhadap bom Makassar serta rencana 23 teroris yang ditangkap di Bima, Condet, Bekasi lebih kepada urusan kepercayaan berjihad, selain menunjukkan eksistensi disamping juga dapat menurunkan derajat keamanan.Â
Akan tetapi kemungkinan keterkaitan proxy war walau tidak lebih besar dibandingkan aksi yang lebih murni melekat ke aksi teror Islamic State (ISIS), peluang dan imbas politiknya jelas ada.
Masyarakat di mana pun selalu tidak nyaman terhadap sesuatu yang tidak jelas. Demi keamanan, sebaiknya aparat kepolisian lebih meningkatkan pengamanan pribadi, informasi, kegiatan dan material (kantor dan pospol).Â
Mereka mulai menggeliat dan pintar memanfaatkan setiap kelengahan, yang perlu diingat, walau mapping Densus terhadap jaringan JAD semakin baik, tetapi inisiatif serangan ada pada pelaku teror, terbukti walau sudah ada 20 yang ditangkap dan dua tewas ditembak di Makassar, pasangan L dan YSF lolos dan ini membuktikan mereka tetap mampu dan berani mati, sukses melakukan pemboman.