Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Geliat JAD dan Bangkitnya Terorisme, Saatnya Koopsus dan Densus Bersinergi

1 April 2021   09:32 Diperbarui: 1 April 2021   15:53 2336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibatnya, penilaian ancaman secara khusus hanya berkaitan dengan pemahaman terhadap maksud dan kemampuan musuh yang teridentifikasi (Charles Vandepeer, University of Adelaide).

Pendekatan 'musuh-sentris' terhadap analisis intelijen juga mendapat kritik. Secara khusus, kekurangan pendekatan saat ini menjadi jelas di mana fokus analisis intelijen dititik beratkan pada ancaman dari aktor-aktor sub-negara atau non-negara yang sulit dikenali. 

Nah, di situlah para pelaku teror berselancar. Mereka umumnya sukses melakukan aksinya karena inisiatif di tangan mereka dan nampaknya mereka mulai lebih mampu melakukan desepsi dengan cover serta berusaha melakukan perubahan variasi serangan.

Dalam aksi teror di Indonesia, penulis banyak menganalisis teror yang tujuannya bisa sebagai sebuah pesan, eksistensi, instrumen penghukuman atau pun dapat dibaca sebagai pemanfaatan teror untuk kepentingan proxy war. 

Misalnya, bom Kampung Melayu murni jaringan terorisme terkait Islamic State, kodalnya berada di Suriah (Bahrum Naim yang sudah tewas), atau bisa juga merupakan aksi sel tidur di Indonesia. 

Sama dengan jaringan Bandung yang pernah mencoba menyerang pos polisi di Purwakarta (tewas ditembak di Waduk Jatiluhur) masa lalu, kodalnya kemungkinan berada di Jawa Barat (jaringan simpatisan).

Nah, suicide bombing Makassar adalah implementasi bangkitnya sel tidur setelah sekian lama JAD tidak muncul kepermukaan. Mereka merekrut anak-anak muda yang mudah di-brain wash, lebih pintar menggunakan cut out atau sel lepas. 

Para teroris muda yang ditangkap jelas terindoktrinasi dengan virus 'jihad.' Virus jenis ini sulit disembuhkan, istilahnya dengan obat kimia (deradikalisasi, bantuan ekonomi, termasuk reedukasi dengan mendatangkan ulama Yaman sekalipun, mereka tidak goyah).

Mereka yang terkontaminasi akan berperang karena kematian merupakan tujuan yang diidamkan. Memang diketahui sejak 2009 pihak kepolisian terus dijadikan target utamanya, terlihat dengan adanya korban tewas aparat Polri selama ini. 

Terjadinya serangan mengejutkan ke Mabes Polri walau lebih dikenal sebagai lone wolf, motifnya mirip dengan kasus di Makassar, meninggalkan surat wasiat, dan siap mati, nampaknya premis mendukung.

Oleh karena itu membaca serangan pemboman, atau serangan teror berbentuk lain, sebaiknya tidak langsung dikaitkan dengan berita khilafah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun