Kubu KLB memunculkan Moeldoko yang Purn Jenderal dan mantan Panglima TNI, masih aktif sebagai Kepala KSP.
Perang kedua belah pihak akan lebih ke arah psywar, di mana para tokoh KLB meyakini Moeldoko masih punya gigi dan jaringan di kalangan eks anak buahnya di TNI, mereka membayangkan dari rekam jejak jabatannya, Moeldoko bisa menjadi patron, kira-kira begitu.
Dari data pendidikan AHY, serta pendampingan sang ayah, AHY harus membuktikan mampu dan menang, ini medan tempur taktis. AHY juga harus menyelesaikan gangguan parsial gugatan dari Jhony Allen soal pemecatan.
Sebagai politisi muda, posisi AHY jauh lebih bagus dan realistis sebagai Ketum Parpol, dibandingkan beberapa tokoh muda lain yang hanya mengharapkan diusung parpol lain untuk maju pada 2024.
Inilah saatnya AHY terjun dalam persaingan bebas (kumite), agar dia mendapatkan sabuk hitam (DAN) serta bargaining power di politik. KLB, di lain sisi, jelas menguntungkan AHY yang menjadikannya semain populer muncul di media.
AHY harus hati-hati, yang dihadapi hanya serangan kudeta politik artinga ia jangan hanya berfikir ujian ini hanya ulah manusia, maqomnya harus ditingkatkan yaitu kedudukannya sebagai manusia di hadapan Allah yang sangat penting untuk mengetahui posisi dan tanggung jawab yang harus dia lakukan.
Sikapnya perlu andap asor, jangan tulak pinggang, ikuti saja serta pelajari jejak kesuksesan pak Jokowi yang sabar merakyat kemudian maqomnya meningkat dibuktikan ia diizinkan Raja Arab Saudi bersama dengan istri masuk ziarah dan berdoa kedalam ruang makam Rasulullah.
Secara logika menurut penulis peluang AHY menang besar.
Faktor penentu
Presiden Jokowi kini mulai menanyakan arah dan cara penyelesaian. Dijelaskan oleh Mahfud dan Yasona dasar pengambilan keputusan.
Presiden, menurut Menko Mahfud menegaskan bahwa penanganan masalah Demokrat sesuai aturan yang berlaku, agar tak memihak kubu mana pun. Ini menepis isu Moeldoko sudah direstui istana.