"aku memang perajut kata-kata mas, dari potongan kain perca darinya. aku terima kain percamu, tapi akan kusimpan. aku masih belum bisa merajut milikmu, mas."
"aku sedih mendengarnya, nona. cintaku serasa ditolak. aku akan menunggu gelasmu sampai kosong nona, lalu akan kutumpahkan cairan pekat yang manis di dalamnya."
"terima kasih, mas. tapi gelasku masih terisi penuh oleh rindu yang kian menggebu."
"aku akan terus menantimu, nona. di persimpangan mimpi. jikalau kau menemukan jalan keluar dari mimpi lamamu itu, datanglah padaku, kubawakan kau segulung tikar, dua gelas minuman, dan dua potong roti. kita akan piknik bersama."
aku tersenyum, pria itu tersenyum lalu bangkit dari tempat duduknya. aku mengikutinya, dan kubiarkan dia tetap merawat lukaku seperti biasanya. aku tau, luka itu akan segera mengering, tapi pasti akan membekas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI