"selamat pagi, mas. tidurku cukup melelahkan."
"ah, aku bosan mendengarnya. satu jam lagi terbang. doakan aku. tunggu aku."
"apa yang akan kau lakukan saat pertama kali melihatku, mas?"
"aku akan memelukmu."
percakapan kami putus. aku bersiap diri, benar-benar harus ada pertemuan hari ini. aku sudah berjanji. pria itu terlampau baik padaku, dia tahu aku sedang terluka dan dia bersedia merawat lukaku. aku tau kamu memang sedang merawat lukaku, mas. tapi kamu bukanlah seorang dokter yang pandai menyembuhkan. bahkan untuk obatnya saja kamu masih ragu-ragu. mungkin kamu lebih handal menjadi perawat ketimbang dokter. tapi sayang sekali, yang aku butuhkan sekarang hanya seorang dokter.
aku menstater mobil silver manis yang semalam baru saja kumandikan. aku terlalu sibuk menangisi luka, yang kemudian menyisakan hampa, hingga aku lupa aku punya kehidupan. aku sibuk mendekap pikiranku sendiri, yang terlihat hening namun riuh di dalam.