Mohon tunggu...
Harta Sujarwo
Harta Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang

Pembelajar multidimensional yang sedang bermetamorfosa, Pengamat, Peneliti, Kritikus dan Invisible Writer

Selanjutnya

Tutup

Money

Membedah Ketajaman Yusuf di Tengah Ketidakpastian

9 Mei 2020   02:31 Diperbarui: 9 Mei 2020   02:41 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai 7 gandum hijau dimakan 7 gandum kering, bung?

Setelah hibernasi ini, Tunggulah saatnya!

Saat ketajaman Yusuf membedah metamorfosa arta

Saat perhumaan di tangan-tangan kuasa-Nya

Saat surat Yusuf, suratan takdir Maha Kuasa

                                                 Pekanbaru, 8 Mei 2020

Sajak di atas melukiskan gambaran optimisme yang berorientasi pada sejarah Nabi Yusuf. Sajak yang relevan dengan kondisi kita di tengah ketidakpastian kapan covid-19 berakhir. Ketidakpastian yang berpotensi menimbulkan kepanikan akan isu resesi dan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK). Ketidakpastian kondisi perekonomian ke depan. Potensi masyarakat yang melakukan panic buying dan panic selling/panic redeeming. Potensi penimbunan kebutuhan sehari-hari dan spekulasi demi keuntungan pribadi. Maka optimisme puisi di atas diharapkan dapat mengantisipasi vibrasi pesimisme, yang lebih berbahaya dari Covid-19. 

 

2. Waspadai dan Antisipasi Multiplier Effect Berita

Screenshot Youtube: Bank Indonesia Channel
Screenshot Youtube: Bank Indonesia Channel

Baru-baru ini Presiden Joko Widodo meminta BUMN membuka lahan baru untuk persawahan (28/4/2020). Menurutnya,  hal itu sebagai bentuk antisipasi, apabila terjadi kekeringan yang melanda disertai ancaman kelangkaan pangan. Tiba-tiba Presiden bisa melihat ancaman di seberang realitas. Saat masyarakat masih shock dengan Covid-19, seolah ancaman krisis ketahanan pangan sudah dipublikasi presiden. Tentu saja efek publikasi presiden itu semakin mempengaruhi sentimen pelaku usaha dan berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal ini membuktikan berita Covid-19 sebagai pemantik multiplier effect. Beruntung pada Jumat (8/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp.15.009. Rupiah menguat 0,78%. Rupiah terbaik di Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun