Sampai 7 gandum hijau dimakan 7 gandum kering, bung?
Setelah hibernasi ini, Tunggulah saatnya!
Saat ketajaman Yusuf membedah metamorfosa arta
Saat perhumaan di tangan-tangan kuasa-Nya
Saat surat Yusuf, suratan takdir Maha Kuasa
                         Pekanbaru, 8 Mei 2020
Sajak di atas melukiskan gambaran optimisme yang berorientasi pada sejarah Nabi Yusuf. Sajak yang relevan dengan kondisi kita di tengah ketidakpastian kapan covid-19 berakhir. Ketidakpastian yang berpotensi menimbulkan kepanikan akan isu resesi dan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK). Ketidakpastian kondisi perekonomian ke depan. Potensi masyarakat yang melakukan panic buying dan panic selling/panic redeeming. Potensi penimbunan kebutuhan sehari-hari dan spekulasi demi keuntungan pribadi. Maka optimisme puisi di atas diharapkan dapat mengantisipasi vibrasi pesimisme, yang lebih berbahaya dari Covid-19.Â
Â
2. Waspadai dan Antisipasi Multiplier Effect Berita
Baru-baru ini Presiden Joko Widodo meminta BUMN membuka lahan baru untuk persawahan (28/4/2020). Menurutnya,  hal itu sebagai bentuk antisipasi, apabila terjadi kekeringan yang melanda disertai ancaman kelangkaan pangan. Tiba-tiba Presiden bisa melihat ancaman di seberang realitas. Saat masyarakat masih shock dengan Covid-19, seolah ancaman krisis ketahanan pangan sudah dipublikasi presiden. Tentu saja efek publikasi presiden itu semakin mempengaruhi sentimen pelaku usaha dan berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal ini membuktikan berita Covid-19 sebagai pemantik multiplier effect. Beruntung pada Jumat (8/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp.15.009. Rupiah menguat 0,78%. Rupiah terbaik di Asia.