Mohon tunggu...
Harta Sujarwo
Harta Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang

Pembelajar multidimensional yang sedang bermetamorfosa, Pengamat, Peneliti, Kritikus dan Invisible Writer

Selanjutnya

Tutup

Money

Membedah Ketajaman Yusuf di Tengah Ketidakpastian

9 Mei 2020   02:31 Diperbarui: 9 Mei 2020   02:41 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peredaran uang dan fasilitas usaha dibutuhkan untuk kelancaran produktifitas pelaku usaha. Bukankah masih banyak sumber daya manusia yang kreatif dan produktif, namun mereka tak punya modal kerja ataupun modal investasi?. Jangan sampai perputaran uang hanya berputar pada kalangan elite saja. Jika kesenjangan sosial ini melampaui batas, dikhawatirkan alam akan mencari perimbangannya sendiri.

Seandainya saja seluruh lembaga permodalan disiapkan untuk  memberikan bantuan pinjaman kepada seluruh pelaku usaha terampil dan ahli. Tidak akan ada kesenjangan sosial dan kriminal separah ini. Seandainya saja pinjaman uang  atau peralatan kerja itu berbunga 0%. Tidak akan ada kecemburuan sosial. Uang hanya alat tukar.  Saat kita lapar, uang dimakan tak mampu menghilangkan lapar, sebelum ditukar dulu dengan makanan. Jika bahan pangan kurang diproduksi dan terjadi kelangkaan pangan, uang mau ditukar dengan apa?.

Sekenario selanjutnya, bagi pemilik lahan tidur, biarkanlah lahan itu digarap saudaramu yang jadi buruh tani, dari pada ditelantarkan. Bukankah langit dan bumi ini milik Allah?. Mengapa tidak dikelola menurut kehendak Allah demi kemaslahatan?. Bukankah Allah menghendaki Az-Zakat sebagai satu sistem pembinaan perekonomian yang  modelnya seperti Koperasi?. Model yang berasaskan kekeluargaan sesuai Undang-undang. Sistem suka duka ditanggung bersama. Bukan seperti lembaga sapi perahan. Sapi yang diperah hanya makan rumput. Sementara yang memerah, malah minum susunya.

Sistem perekonomian renten tidak pernah menciptakan adil makmur. Tenaga terampil dan ahli  harus didukung untuk membangun kreatifitas/kemandirian pangan dan industri strategis. Bukankah ketergantungan kita pada produk impor selama ini telah berimplikasi dalam melemahkan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia?.

 

6. Sadari Tersesat di Jalan Rente, Lebih Baik dari pada Bingung Tanpa Ujung 

Screenshot Youtube: Fakta Berita
Screenshot Youtube: Fakta Berita

Sebenarnya bila kita segera menyadari tersesat di jalan rente menuju senja, itu lebih baik dari pada merasa bingung berkepanjangan. Buktinya orang yang sadar tersesat di jalan, tidak mungkin melanjutkan perjalanan yang menyesatkan itu berulang-ulang. Tapi bagi yang merasa bingung, ia bisa terus menerus berjalan mondar-mandir,  berputar-putar tak tentu arah  terus menerus dalam labirin hingga melahirkan keguncangan jiwa.

Keguncangan sistem keuangan pun  persis seperti yang digambarkan dalam Surat Al-Zalzalah: 1-8. Disebabkan bermegah-megahan dan mubazir. Pada dasarnya akibat dari cinta uang berlebihan. Dengan demikian, cinta sejati hanyalah kesadaran. Ketika kepercayaan masyarakat pada perbankan sadar terguncang, ketika itu pulalah peluang ruh  kesadaran baitulmal menurut Az-Zakat layak diperhitungkan sebagai cadangan sistem perekonomian dan keuangan alternatif. Baitulmal menurut Az-Zakat adalah alternatif sistem perekonomian dan keuangan obyektif dari Allah berdasarkan Al-Qur'an. Artinya perlu membedah ketajaman (surat) Yusuf, manakala dunia perbankan telah dalam ambang kesudahan terakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun