Hari terakhir Bu Panca di sekolah dipenuhi dengan perasaan campur aduk. Siswa-siswi dan rekan-rekan guru memberikan kejutan kecil berupa acara perpisahan sederhana di ruang guru. Mereka mempersembahkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Wati dan Deden yang membuat suasana semakin mengharukan. Bu Panca menyeka air matanya yang mulai menetes.
"Tugas ini adalah bagian dari perjalanan hidup saya tapi kalian semua akan selalu menjadi bagian dari hati saya," ucap Bu Panca saat memberikan kata perpisahan. Di hari-hari terakhir sebelum kepindahannya, Bu Panca juga berbincang dengan Pak Susanto mengenai kehidupan baru yang akan mereka hadapi. Kepindahannya ke SMK Negeri 1 di kota membuat Bu Panca harus beradaptasi dengan lingkungan baru, sementara itu Pak Susanto dan anak-anak masih akan tinggal di desa.
"Aku tahu ini tidak akan mudah Panca, tapi aku yakin kita bisa menjalaninya. Kamu sudah berjuang begitu keras untuk sampai di sini dan aku akan mendukung apapun yang kamu butuhkan," kata Pak Susanto dengan penuh keyakinan.
Mendengar dukungan suaminya, hati Bu Panca terasa lebih tenang. Meski ada perasaan enggan meninggalkan desa, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan besar bagi karier dan kehidupannya sebagai seorang guru. Dan dengan dukungan keluarga serta semangat untuk terus berkarya, ia siap melangkah ke fase baru dalam hidupnya.
Saat akhirnya ia melangkahkan kaki menuju sekolah barunya di kota, Bu Panca membawa semangat yang sama yaitu semangat seorang guru yang tak pernah berhenti berjuang untuk siswanya di manapun ia berada.
Setelah beberapa minggu mengurus administrasi dan berkas kepindahannya, akhirnya Bu Panca resmi mulai bertugas di SMK Negeri 1, sebuah sekolah besar di kota yang memiliki fasilitas lengkap dan siswa-siswa yang lebih beragam. Awalnya, Bu Panca merasa sedikit canggung dengan lingkungan barunya yang serba modern, berbeda dengan sekolah kecil di desanya. Namun seperti biasa dengan tekad dan semangatnya, Bu Panca berusaha beradaptasi dengan cepat.
Pada hari pertama mengajar, Bu Panca disambut oleh para siswa dengan antusias. Mata mereka berbinar penuh rasa ingin tahu saat Bu Panca memperkenalkan diri di depan kelas.
"Selamat pagi, anak-anak. Nama saya Panca Kartika dan saya akan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di sini. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik dan saling belajar," ucap Bu Panca dengan senyuman hangat.
Siswa-siswa di SMK Negeri 1 terlihat disiplin dan aktif bertanya. Mereka tampak penasaran dengan latar belakang Bu Panca terutama ketika mendengar bahwa beliau baru saja dipindahkan dari sekolah di desa dan berhasil lulus seleksi ASN PPPK dengan nilai terbaik.
Bu Panca menyadari bahwa tantangan di sekolah baru ini berbeda. Sebagai sekolah unggulan di kota, tuntutan terhadap kinerja guru lebih tinggi, dan banyak program-program pendidikan yang sudah berjalan dengan sistem yang lebih canggih. Namun ini tidak membuatnya gentar. Pengalaman di sekolah desa, keterbatasan sering kali menjadi tantangan utama, justru menjadi modal besar baginya untuk beradaptasi di lingkungan yang lebih maju ini.
Dalam beberapa bulan, Bu Panca sudah mulai dikenal di kalangan guru-guru lain. Dia sering berbagi pengalaman tentang cara dia mengelola kelas di sekolah desa, memanfaatkan sumber daya yang minim, dan mendorong siswa-siswinya tetap berprestasi. Beberapa guru, seperti Pak Rusdianto dan Bu Wulan, kagum dengan dedikasi dan pengalamannya.