Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kilau Prestasi di Tengah Keterbatasan

2 November 2024   10:29 Diperbarui: 2 November 2024   14:05 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Susanto mengangguk. "Ini adalah keputusan besar, tapi kita hadapi bersama. Semuanya demi masa depan yang lebih baik." Dengan kepindahan itu, kehidupan Bu Panca dan keluarganya mulai berjalan lebih lancar. Di SMK Negeri 1, Bu Panca tetap menjalani tugasnya dengan penuh semangat. Sebagai guru yang selalu aktif dan penuh dedikasi, ia semakin dikenal oleh para rekan guru dan siswa. Tidak hanya itu, Bu Panca juga terus diundang sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan pelatihan karya tulis dan seminar pendidikan.

Kepindahan ke kota tidak hanya membawa kenyamanan, tetapi juga membuka peluang-peluang baru bagi keluarga Bu Panca. Dengan beban perjalanan yang berkurang, Bu Panca bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya. Pak Susanto juga merasa lebih santai dan anak-anak pun merasa lebih dekat dengan orang tua mereka.

Meskipun sudah menetap di kota, kenangan akan desa tempat mereka tinggal tidak pernah pudar. Suatu sore saat mereka berkumpul di ruang keluarga, Bu Panca menceritakan kepada anak-anak tentang masa-masa ketika mereka masih tinggal di desa. Top of FormBottom of Form

Di SMK Negeri 1, Bu Panca semakin diakui sebagai guru berprestasi. Ia sering diundang dalam berbagai seminar pendidikan dan menjadi pembicara utama tentang inovasi pembelajaran serta karya tulis. Meski sibuk, ia selalu meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan para siswa dan memberikan motivasi bagi mereka yang membutuhkan.

Pak Santoso, Bu Maria, Pak Junaidi, Pak Ridwan, dan para guru lainnya di SMK Negeri 1 pun senang dengan kehadiran Bu Panca. Mereka sering berdiskusi, berbagi pengalaman, dan menciptakan kolaborasi yang baik di antara para guru dari berbagai latar belakang.

"Bu Panca, saya dengar keluarga Ibu sudah pindah ke kota. Bagaimana rasanya tinggal di sini?" tanya Bu Maria suatu hari di ruang guru. "Alhamdulillah, nyaman sekali. Jauh lebih dekat dengan sekolah dan tidak terlalu melelahkan seperti sebelumnya," jawab Bu Panca sambil tersenyum. "Wah, senang mendengarnya. Sekarang Ibu bisa lebih fokus lagi berkarya dan berbagi ilmu dengan kami semua," tambah Pak Junaidi sambil mengangguk.

Perjalanan hidup Bu Panca yang penuh liku, dari seorang guru honor di desa dengan segala keterbatasan hingga menjadi guru berprestasi di kota, telah menginspirasi banyak orang. Meski kini ia tinggal di kota, semangat mengajar dan kepeduliannya terhadap pendidikan tidak pernah pudar. Setiap langkah yang diambilnya selalu dilandasi oleh rasa cinta pada profesi dan keinginan untuk mengabdikan diri demi mencerdaskan generasi muda.

Seiring berjalannya waktu, Bu Panca dan keluarganya semakin nyaman dengan kehidupan baru di kota. Rumah baru mereka terasa lebih strategis, terutama bagi Bu Panca yang sekarang lebih dekat dengan SMK Negeri 1, tempat ia mengajar. Suasana yang lebih urban juga memberikan anak-anak mereka akses yang lebih baik dalam hal pendidikan dan fasilitas lainnya.

Di SMK Negeri 1, Bu Panca semakin dihargai sebagai sosok guru yang tidak hanya cerdas, tetapi juga rendah hati. Banyak guru senior maupun muda yang menghormatinya karena prestasi yang telah diraihnya, namun lebih dari itu mereka mengagumi ketulusan Bu Panca dalam mendidik.

Salah satu guru senior yang menjadi teman dekat Bu Panca adalah Pak Ritonga. Seorang pria asal Sumatra yang dikenal tegas, tetapi memiliki hati yang lembut. Dia sering berdiskusi dengan Bu Panca tentang metode mengajar dan cara menghadapi tantangan dalam dunia pendidikan. "Bu Panca, saya masih kagum bagaimana Ibu bisa mencapai semua ini. Dari desa kecil hingga menginspirasi kami semua di sini," ujarnya suatu hari di ruang guru. Bu Panca hanya tersenyum. "Semua ini karena dukungan banyak pihak, Pak. Saya hanya menjalani apa yang saya cintai," jawabnya dengan sederhana.

Selain Pak Ritonga, ada juga Bu Maria, seorang guru Matematika keturunan Tionghoa yang sangat disiplin. Meskipun kadang terlihat kaku, Bu Maria sangat peduli dengan pendidikan siswa-siswinya. Ia dan Bu Panca sering berdiskusi tentang inovasi dalam pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun