Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Senyum di Balik Kerinduan

8 September 2024   21:10 Diperbarui: 8 September 2024   21:11 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam semakin larut ketika Arya dan Rina masih berkutat di perpustakaan. Tumpukan buku referensi dan laptop yang menyala menjadi saksi perjuangan mereka. Rina, dengan mata yang mulai lelah namun tetap semangat, terus memberikan ide-ide dan solusi untuk menyelesaikan tugas kelompok yang rumit itu.

"Arya, bagaimana kalau kita tambahkan analisis ini untuk memperkuat argumen kita?" kata Rina sambil menunjuk bagian di layar laptopnya. Arya mengangguk, mencoba menyerap setiap masukan dari Rina. Di tengah kepenatan, mereka berdua sempat tertawa kecil saat mengenang kejadian lucu di kelas beberapa hari yang lalu. Tawa itu sejenak meringankan beban di pundak Arya.

Pukul dua dini hari, mereka akhirnya menyelesaikan tugas kelompok. Rina tersenyum puas, "Kita berhasil, Arya! Sekarang, mari kita fokus pada tugas akhir kamu." Arya mengangguk, meski matanya mulai berat. "Terima kasih banyak, Rina. Kamu benar-benar sahabat terbaik," ucap Arya tulus.

Saat mereka beralih ke tugas akhir Arya, telepon Arya berdering. Ternyata, itu dari Nina. "Arya, aku benar-benar minta maaf. Aku tahu ini sulit untukmu," suara Nina terdengar penuh penyesalan. Arya mengambil napas dalam-dalam, "Nina, tidak apa-apa. Aku mengerti. Yang penting keluargamu baik-baik saja. Kita sudah menyelesaikannya, dan kamu tidak perlu khawatir."

Setelah menutup telepon, Arya merasakan kelegaan. "Rina, aku merasa kita bisa melewati ini semua. Meskipun berat, aku bersyukur ada kamu yang selalu mendukung," katanya. Rina tersenyum lembut, "Itulah gunanya sahabat, Arya. Sekarang, mari kita fokus pada tugas akhir. Waktu kita tidak banyak, tapi aku yakin kita bisa menyelesaikannya."

Mereka kembali bekerja dengan fokus penuh. Rina membantu Arya merapikan referensi, mengoreksi kesalahan, dan memberikan saran-saran untuk memperbaiki isi tugas akhir. Jam terus berputar, namun semangat mereka tidak padam. Ketika fajar mulai menyingsing, tugas akhir Arya pun hampir rampung.

**********

"Pagi sudah tiba," kata Arya dengan suara serak, menatap layar laptopnya yang menampilkan halaman terakhir tugas akhirnya. "Terima kasih, Rina. Tanpa kamu, aku tidak tahu bagaimana bisa menyelesaikan ini semua." Rina menepuk punggung Arya, "Kita tim yang hebat, Arya. Sekarang, ayo kita pulang dan istirahat sejenak. Kamu butuh tidur sebelum mengumpulkan tugas ini."

Arya dan Rina meninggalkan perpustakaan dengan perasaan lega. Mereka berjalan keluar, disambut oleh udara pagi yang segar. Langit mulai terang, memberi harapan baru. Arya menatap matahari yang mulai naik, merasa ada secercah harapan di balik semua kesulitan yang telah dihadapinya. "Kita berhasil, Rina. Terima kasih," ucapnya lagi.

Setelah mengantar Rina pulang, Arya kembali ke kosnya. Dengan mata yang hampir tertutup karena lelah, dia mengirim pesan singkat kepada ibunya, "Ibu, aku berhasil menyelesaikan semuanya. Aku sangat merindukan kalian dan tidak sabar untuk segera pulang." Arya kemudian merebahkan diri di tempat tidurnya, tertidur dengan senyum di wajahnya. Kerinduan yang selama ini mengiringi langkahnya, kini terasa lebih ringan, karena dia tahu, di balik setiap kerinduan, ada senyum dan dukungan dari orang-orang yang dicintainya.

Beberapa minggu kemudian, hari penyerahan tugas akhir tiba. Arya merasa tegang namun juga lega karena semua kerja kerasnya akan segera membuahkan hasil. Ia mengenakan kemeja rapi dan berangkat ke kampus lebih awal untuk memastikan segala sesuatunya berjalan lancar. Di lorong kampus yang sudah ramai dengan mahasiswa yang bersiap-siap untuk presentasi, Arya bertemu dengan Rina. "Kamu siap, Arya?" tanya Rina dengan senyum penuh semangat. Arya mengangguk, meski di dalam hatinya masih tersisa sedikit kecemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun