Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman

3 Oktober 2024   23:10 Diperbarui: 4 Oktober 2024   00:40 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gereja St. Ignatius Magelang/Dokumen Pribadi)

Tema pastoral Paroki St. Ignatius Magelang tahun 2025, "Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman," mengajak umat untuk semakin mendalami identitas iman Katolik dengan semangat apostolik yang berakar kuat dalam ajaran Kristus sebagaimana diwahyukan dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja. 

Dalam menghadapi dinamika zaman yang terus berubah, umat Katolik dituntut untuk tidak hanya setia pada doktrin, tetapi juga memperbarui cara pewartaan dan kesaksian iman agar lebih relevan dan bermakna. 

Semangat apostolik mendorong setiap umat untuk terlibat dalam misi Gereja, yaitu mewartakan Injil dan membangun persekutuan yang inklusif, menjawab tantangan sosial, ekonomi, dan budaya di era modern.

 Sebagaimana ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium, Gereja dipanggil untuk semakin misioner, merangkul dunia tanpa melupakan akar tradisinya (Fransiskus, 2013). Oleh karena itu, Paroki St. Ignatius Magelang dipanggil untuk aktif merespons kebutuhan zaman ini, sembari tetap teguh dalam iman dan misi apostolik Gereja.

1. Kesetiaan pada Ajaran dan Adaptasi dalam Perubahan Zaman

“Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman” mengandung makna teologis yang mendalam, berfokus pada dua aspek utama: pertama, pendalaman identitas iman Katolik melalui kesetiaan pada ajaran Kristus yang terungkap dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja, dan kedua, adaptasi terhadap perubahan zaman untuk menjaga relevansi iman. 

Dalam teologi Katolik, iman adalah suatu pengalaman hidup yang berkembang melalui relasi dinamis antara wahyu dan tanggapan manusia. Ajaran Kristus yang disampaikan melalui Kitab Suci dan diturunkan melalui Tradisi Gereja, menjadi fondasi dasar bagi identitas Katolik. 

Dei Verbum, salah satu dokumen penting dari Konsili Vatikan II, menegaskan bahwa Kitab Suci dan Tradisi adalah dua sumber utama pewahyuan Allah yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya membentuk satu kesatuan yang harmonis dalam menuntun kehidupan iman (Vatican II, 1965).

Namun, di tengah perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang cepat, kesetiaan terhadap ajaran tersebut tidak cukup jika umat tidak mampu mengontekstualisasikan iman ke dalam situasi hidup konkret. 

Perubahan zaman mempengaruhi cara orang berinteraksi, berpikir, dan memahami kehidupan, yang berarti cara pewartaan iman pun harus disesuaikan agar dapat menjawab tantangan-tantangan baru. 

Dalam hal ini, Gereja Katolik dipanggil untuk memperbarui cara pewartaan yang tidak hanya mempertahankan doktrin, tetapi juga memperhatikan kebutuhan eksistensial manusia modern. 

Paus Fransiskus, dalam ensiklik Evangelii Gaudium, menekankan pentingnya Gereja untuk hadir sebagai Gereja yang “keluar” dan terlibat dengan dunia, menampilkan wajah Gereja yang penuh belas kasih dan kesaksian hidup yang nyata (Fransiskus, 2013). 

Hal ini menuntut umat Katolik untuk menyesuaikan cara mereka mewartakan iman, sehingga tetap relevan dan bermakna dalam konteks kehidupan yang terus berubah.

Dengan demikian, umat Katolik dipanggil untuk menjaga keseimbangan antara kesetiaan terhadap ajaran dan fleksibilitas pastoral dalam menghadapi tantangan zaman. Hal ini tidak berarti meninggalkan nilai-nilai fundamental, tetapi justru memelihara semangat apostolik yang terus berkarya dalam dunia modern, membawa terang Injil ke dalam berbagai konteks sosial yang berbeda.

2. Semangat Apostolik dan Misi Gereja di Era Modern 

Selanjutnya, semangat apostolik berakar dari mandat Yesus kepada para rasul untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa (Matius 28:19). Dalam konteks teologi Katolik, semangat apostolik tidak hanya berarti keterlibatan dalam misi pewartaan Injil, tetapi juga membangun persekutuan yang bersifat universal—sebuah persekutuan yang melintasi batas-batas budaya, ekonomi, dan sosial. 

Hal ini mencerminkan visi Gereja sebagai tubuh Kristus yang katolik, artinya bersifat universal dan menerima semua orang, serta apostolik, yang berarti berakar pada pengajaran para rasul dan terus melanjutkan misi mereka di zaman modern (LG, 1964). 

Semangat apostolik menuntut umat Katolik untuk menghidupi iman mereka secara aktif dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya di dalam lingkup spiritual, tetapi juga di ruang sosial dan publik.

Misi Gereja untuk mewartakan Injil berarti bahwa umat harus terlibat dalam transformasi dunia, menghadapi tantangan-tantangan sosial, ekonomi, dan budaya yang kompleks di era modern. Paus Fransiskus dalam dokumen Evangelii Gaudium menyatakan bahwa Gereja dipanggil untuk menjadi lebih misioner, bukan hanya secara institusional, tetapi melalui kesaksian hidup setiap individu Katolik yang menjadi saksi Kristus dalam masyarakat (Fransiskus, 2013). 

Dalam dunia yang terus berubah, semangat misioner ini mengharuskan Gereja untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan akar tradisinya. 

Ini berarti pewartaan Injil harus inklusif dan inkarnasional, masuk ke dalam budaya dan realitas sosial masyarakat, sembari tetap setia pada prinsip-prinsip ajaran Kristus.

Dalam pengertian filosofis, semangat apostolik juga menyiratkan tanggung jawab etis umat untuk berperan aktif dalam membangun dunia yang lebih adil dan damai, sesuai dengan ajaran sosial Gereja. Paus Fransiskus menekankan pentingnya keterlibatan umat Katolik dalam isu-isu keadilan sosial, kemiskinan, dan lingkungan, sebagai bagian dari misi untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia. 

Oleh karena itu, umat Katolik diharapkan untuk menjadi agen transformasi dalam masyarakat, yang tidak hanya mempertahankan nilai-nilai injili, tetapi juga beradaptasi dengan konteks modern yang dinamis, serta mengambil tindakan nyata dalam menghadapi tantangan zaman ini.

3. Strategi Pastoral Paroki St. Ignatius Magelang 2025: Menjawab Tantangan Zaman dengan Semangat Apostolik dan Pembaruan Iman

Pada tahun 2025, Paroki St. Ignatius Magelang dihadapkan pada tantangan dan peluang baru dalam menghidupi tema "Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman." Melalui pemahaman mendalam tentang identitas iman Katolik dan semangat apostolik, paroki ini menyusun strategi pastoral yang menjawab kebutuhan zaman dengan fokus pada penguatan spiritualitas, pewartaan Injil yang relevan, dan pelayanan kasih yang kontekstual.

 Dengan mempertimbangkan alasan-alasan kemendesakan dan tolok ukur yang telah dirumuskan, strategi ini diharapkan mampu memberikan dampak nyata dalam kehidupan beriman umat. 

A. 10 Fokus Pastoral yang Mendesak Menjadi Bidang Garapan pada Tahun 2025 di Paroki St. Ignatius Magelang

Berikut adalah 10 fokus pastoral yang mendesak menjadi bidang garapan pada tahun 2025 di Paroki St. Ignatius Magelang, yang berlandaskan semangat St. Ignatius dan tema "Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman":

  1. Penguatan Spiritualitas Ignasian: Mendorong umat untuk mendalami spiritualitas St. Ignatius, khususnya melalui latihan rohani dan discernment, agar mereka semakin peka terhadap kehendak Allah di tengah perubahan zaman.

  2. Pewartaan Injil yang Relevan: Memperbarui metode pewartaan dan katekesis dengan menggunakan teknologi digital dan media sosial untuk menjangkau generasi muda dan masyarakat yang lebih luas, sesuai dengan konteks budaya dan sosial modern.

  3. Pengembangan Komunitas Misioner: Mendorong umat paroki untuk lebih aktif dalam misi penginjilan dan pelayanan sosial, tidak hanya di dalam paroki, tetapi juga di masyarakat sekitar, menekankan keterlibatan dalam isu-isu kemiskinan, ketidakadilan, dan krisis lingkungan.

  4. Pendampingan Keluarga: Menghadapi tantangan zaman modern, diperlukan program pendampingan bagi keluarga Katolik untuk membantu mereka tetap setia dalam iman dan mampu menghadapi perubahan sosial, termasuk pendidikan anak, penggunaan teknologi, dan relasi keluarga.

  5. Formasi Iman Berkelanjutan: Membuka kesempatan formasi rohani dan teologis bagi semua umat, terutama bagi kaum muda dan pekerja, agar mereka terus memperdalam iman Katolik di tengah tekanan modernitas.

  6. Dialog Antaragama dan Antarbudaya: Memperkuat hubungan dengan komunitas agama dan budaya lain di Magelang, untuk membangun dialog yang saling memperkaya, guna menjawab tantangan pluralitas dan membina perdamaian sosial.

  7. Pelayanan Sosial dan Solidaritas: Melibatkan umat dalam pelayanan kasih yang konkret, termasuk membantu kaum miskin, lansia, dan mereka yang terpinggirkan, sesuai dengan ajaran sosial Gereja, serta menjawab tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat.

  8. Pendidikan Iman yang Inovatif: Mengembangkan program pendidikan iman yang lebih interaktif dan inovatif, baik di sekolah-sekolah Katolik maupun dalam lingkungan paroki, agar ajaran Gereja dapat diterima secara efektif oleh semua kalangan, terutama generasi muda.

  9. Kesadaran Lingkungan dan Ekologi: Menanggapi panggilan ensiklik Laudato Si', umat diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan mengembangkan program paroki yang mendukung keberlanjutan ekologis dan menjaga alam ciptaan.

  10. Kepemimpinan yang Melayani: Mendorong umat untuk meneladani St. Ignatius dalam kepemimpinan yang melayani, di mana para pemimpin paroki mengutamakan pelayanan dengan integritas, keadilan, dan kerendahan hati, untuk memperkuat semangat apostolik di seluruh paroki.

Fokus-fokus ini sejalan dengan semangat Gereja yang terus bergerak mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan akarnya, sebagaimana dirumuskan dalam Evangelii Gaudium dan semangat St. Ignatius dari Loyola.

B. Tiga (3) Alasan Kemendesakan

Berikut adalah 3 alasan kemendesakan dari fokus pastoral tersebut di Paroki St. Ignatius Magelang pada tahun 2025:

  1. Perubahan Sosial dan Teknologi yang Cepat: Di era modern, perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang cepat mempengaruhi cara orang hidup, berpikir, dan berinteraksi. Hal ini menuntut Gereja untuk mengadaptasi metode pewartaan dan pastoral agar lebih relevan dan mampu menjawab tantangan zaman. Pewartaan Injil harus dapat diakses oleh generasi muda yang hidup dalam dunia digital, tanpa melupakan esensi dari ajaran Kristus dan Tradisi Gereja.

  2. Tantangan Keluarga dan Nilai-Nilai Moral: Krisis nilai dalam keluarga, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti individualisme, materialisme, dan tekanan sosial, membuat pendampingan keluarga menjadi sangat penting. Keluarga Katolik memerlukan formasi yang kuat agar tetap berakar dalam ajaran iman, sekaligus mampu menghadapi tekanan dan tantangan dari dunia modern yang sering kali mengaburkan nilai-nilai moral.

  3. Krisis Lingkungan dan Keadilan Sosial: Tantangan ekologis dan ketidakadilan sosial menjadi isu global yang juga berdampak di tingkat lokal. Gereja dipanggil untuk merespons secara aktif melalui pelayanan kasih dan kesadaran ekologis. Partisipasi umat dalam menjaga lingkungan serta membantu mereka yang terpinggirkan mencerminkan semangat apostolik Gereja, yang merangkul dunia dengan kasih dan solidaritas, sesuai dengan ajaran sosial Gereja.

Kemendesakan ini menuntut Gereja untuk lebih misioner dan fleksibel dalam pelayanannya, tanpa kehilangan akar tradisinya, agar tetap dapat menjangkau dan membina umat di tengah dinamika zaman yang terus berubah.

C. Sepuluh (10) Output yang Diharapkan

Jika 10 fokus pastoral tersebut tertangani dengan baik dan sempurna, berikut adalah 10 output yang diharapkan, sesuai dengan masing-masing fokus pastoral:

  1. Penguatan Spiritualitas Ignasian: Umat mengalami kedalaman rohani yang lebih dalam melalui latihan rohani dan discernment ala Ignasian, menghasilkan kehidupan doa yang lebih kuat dan kemampuan untuk membaca tanda-tanda zaman sesuai kehendak Allah.

  2. Pewartaan Injil yang Relevan: Gereja mampu memanfaatkan teknologi digital dan media sosial secara efektif untuk menyebarkan pesan Injil, dengan meningkatnya keterlibatan generasi muda dan masyarakat luas dalam katekesis dan kegiatan rohani.

  3. Pengembangan Komunitas Misioner: Tercipta komunitas umat yang lebih aktif terlibat dalam kegiatan misioner, baik melalui pelayanan sosial di masyarakat sekitar maupun partisipasi dalam proyek-proyek evangelisasi, sehingga misi Gereja lebih dirasakan di berbagai lapisan masyarakat.

  4. Pendampingan Keluarga: Keluarga Katolik mengalami ketahanan spiritual dan moral yang lebih kuat, mampu menghadapi tantangan-tantangan modern seperti disintegrasi keluarga dan pengaruh negatif teknologi, serta membentuk keluarga yang lebih harmonis dan beriman.

  5. Formasi Iman Berkelanjutan: Umat memiliki pemahaman iman yang lebih mendalam dan matang melalui program formasi berkelanjutan, yang tercermin dalam peningkatan pengetahuan teologis dan kemampuan menerapkan nilai-nilai Injil dalam kehidupan sehari-hari.

  6. Dialog Antaragama dan Antarbudaya: Tercipta hubungan yang lebih harmonis dan saling memperkaya antara umat Katolik dan komunitas agama serta budaya lain di Magelang, memperkuat persaudaraan dan kerjasama dalam menciptakan perdamaian sosial dan toleransi.

  7. Pelayanan Sosial dan Solidaritas: Umat semakin aktif dalam pelayanan kasih kepada kaum miskin, lansia, dan mereka yang terpinggirkan, dengan terbentuknya berbagai program sosial paroki yang lebih terstruktur dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

  8. Pendidikan Iman yang Inovatif: Program pendidikan iman yang interaktif dan inovatif berhasil meningkatkan partisipasi anak-anak dan generasi muda dalam kegiatan keagamaan dan pendidikan Katolik, yang berdampak pada penghayatan iman yang lebih kuat dan relevan.

  9. Kesadaran Lingkungan dan Ekologi: Umat menunjukkan kesadaran ekologis yang lebih tinggi, dengan implementasi nyata program-program keberlanjutan lingkungan di tingkat paroki, seperti pengelolaan sampah, penghijauan, dan pengurangan jejak karbon.

  10. Kepemimpinan yang Melayani: Terbentuknya pemimpin-pemimpin paroki yang memiliki integritas, keadilan, dan kerendahan hati dalam melayani, yang pada gilirannya memperkuat semangat pelayanan Gereja dan membawa dampak positif pada pengembangan komunitas paroki yang lebih solid dan dinamis.

Output-output ini mencerminkan bagaimana Gereja tidak hanya beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi juga memperkuat akar tradisi, semangat apostolik, dan misi pelayanan Kristiani yang relevan dan kontekstual.

D. Sepuluh (10) Tolok Ukur

Berikut adalah 10 tolok ukur dampak yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan dari 10 fokus pastoral yang mendesak dan output yang diharapkan pada tahun 2025 di Paroki St. Ignatius Magelang:

  1. Penguatan Spiritualitas Ignasian:

    • Tolok Ukur Dampak: Peningkatan jumlah umat yang mengikuti Latihan Rohani Ignasian (minimal 30% dari umat paroki) dan adanya kesaksian spiritual dari peserta mengenai perubahan hidup mereka setelah retret.
  2. Pewartaan Injil yang Relevan:

    • Tolok Ukur Dampak: Pertumbuhan signifikan interaksi umat dalam platform media sosial paroki (peningkatan 50% engagement) dan terciptanya konten pewartaan Injil yang konsisten ditonton atau diunduh oleh lebih dari 70% umat.
  3. Pengembangan Komunitas Misioner:

    • Tolok Ukur Dampak: Peningkatan jumlah kegiatan misioner tahunan sebesar 40%, dengan peningkatan partisipasi umat muda sebesar 50%, serta adanya laporan misioner yang menunjukkan dampak sosial yang signifikan di komunitas yang dilayani.
  4. Pendampingan Keluarga:

    • Tolok Ukur Dampak: 75% dari keluarga peserta pendampingan melaporkan perbaikan dalam relasi keluarga, serta peningkatan jumlah peserta program pendampingan sebesar 20% per tahun.
  5. Formasi Iman Berkelanjutan:

    • Tolok Ukur Dampak: 80% peserta kelas formasi iman melaporkan peningkatan pemahaman dan praktik iman, serta ada pertumbuhan peserta program formasi sebesar 25% setiap tahunnya.
  6. Dialog Antaragama dan Antarbudaya:

    • Tolok Ukur Dampak: Jumlah kegiatan dialog antaragama bertambah sebesar 50% dan jumlah peserta lintas agama yang terlibat meningkat sebesar 30%, dengan evaluasi menunjukkan peningkatan pemahaman dan toleransi antarumat beragama.
  7. Pelayanan Sosial dan Solidaritas:

    • Tolok Ukur Dampak: Peningkatan jumlah penerima manfaat dari program pelayanan kasih sebesar 50% per tahun dan peningkatan partisipasi umat dalam aksi sosial sebesar 40%.
  8. Pendidikan Iman yang Inovatif:

    • Tolok Ukur Dampak: Peningkatan partisipasi anak-anak dan generasi muda sebesar 60% dalam program pendidikan iman, dengan hasil evaluasi menunjukkan peningkatan keterlibatan dan pengetahuan teologis mereka.
  9. Kesadaran Lingkungan dan Ekologi:

    • Tolok Ukur Dampak: Pertumbuhan jumlah program lingkungan hidup sebesar 50%, dengan lebih dari 70% umat terlibat aktif dalam aksi lingkungan yang berkelanjutan (pengelolaan sampah, penghijauan, dll.).
  10. Kepemimpinan yang Melayani:

  • Tolok Ukur Dampak: 80% pemimpin paroki mengikuti pelatihan kepemimpinan setiap tahun, dan hasil survei umat menunjukkan peningkatan kepercayaan terhadap kepemimpinan gereja, terutama dalam hal integritas dan keadilan.

Tolok ukur dampak ini akan membantu Paroki St. Ignatius Magelang mengevaluasi kemajuan pelaksanaan fokus pastoral, memastikan bahwa setiap bidang mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan zaman dan misi Gereja.

E. Sepuluh (10) Program Kerja Andalan

Berikut adalah 10 nama program kerja andalan di Paroki St. Ignatius Magelang untuk tahun 2025, lengkap dengan deskripsinya, yang dirancang berdasarkan 10 tolok ukur dari fokus pastoral yang telah ditetapkan:

  1. Ignatius Spiritual Retreat (ISR)
    • Deskripsi: Program tahunan retret spiritual berdasarkan Latihan Rohani Ignasian, dirancang untuk memperdalam kehidupan rohani umat melalui meditasi, doa, dan discernment. ISR akan melibatkan pembimbing rohani terlatih untuk membantu umat menemukan panggilan hidup yang lebih jelas dan penuh makna.
  2. Digital Evangelization Hub (DEH)
    • Deskripsi: Inisiatif pewartaan Injil melalui platform digital seperti media sosial, podcast, dan video YouTube. DEH bertujuan untuk menghadirkan konten yang relevan dan menarik bagi berbagai kalangan, terutama generasi muda, guna meningkatkan pemahaman dan kecintaan terhadap Injil di era digital.
  3. Missionary Outreach Program (MOP)
    • Deskripsi: Kegiatan misi sosial tahunan yang melibatkan umat paroki dalam pelayanan di daerah terpencil atau komunitas yang membutuhkan. MOP akan menyelenggarakan aksi sosial seperti pembangunan fasilitas umum, pembagian sembako, dan pendidikan dasar kesehatan, dengan partisipasi aktif umat.
  4. Family Care Initiative (FCI)
    • Deskripsi: Program pendampingan keluarga yang mencakup sesi konseling pastoral dan lokakarya untuk memperkuat hubungan suami istri, orang tua-anak, serta meningkatkan keterampilan komunikasi keluarga. FCI bertujuan mengatasi tantangan keluarga modern dengan pendekatan pastoral yang holistik.
  5. Lifelong Faith Formation (LFF)
    • Deskripsi: Program pembinaan iman yang berkesinambungan melalui seminar, pelatihan, dan kelas teologi. LFF ditujukan untuk umat segala usia, memperkaya pengetahuan teologi dan membangun spiritualitas yang matang melalui pembelajaran mendalam.
  6. Interfaith and Cultural Dialogue Forum (ICDF)
    • Deskripsi: Program dialog lintas agama dan budaya yang diselenggarakan secara berkala untuk mempererat hubungan antar komunitas agama di Magelang. ICDF akan mengundang tokoh agama dan masyarakat untuk berdiskusi mengenai isu-isu sosial, budaya, dan spiritualitas yang relevan.
  7. Compassionate Care Service (CCS)
    • Deskripsi: Pelayanan sosial berbasis kasih yang mencakup pembagian sembako, layanan kesehatan gratis, serta bantuan kepada masyarakat miskin dan rentan. CCS juga membuka peluang bagi umat untuk menjadi relawan dalam kegiatan pelayanan kasih sepanjang tahun.
  8. Innovative Faith Education (IFE)
    • Deskripsi: Program pendidikan iman untuk anak-anak dan remaja yang menggunakan metode pembelajaran kreatif, seperti permainan edukatif, simulasi, dan teknologi multimedia. IFE bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan dan pemahaman iman di kalangan generasi muda dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.
  9. Eco-Parish Movement (EPM)
    • Deskripsi: Gerakan peduli lingkungan hidup di paroki yang fokus pada penghijauan, pengelolaan sampah, dan penggunaan energi terbarukan. EPM melibatkan umat dalam kegiatan nyata untuk merawat bumi, sejalan dengan ajaran Gereja tentang keadilan ekologis.
  10. Servant Leadership Academy (SLA)
    • Deskripsi: Program pelatihan kepemimpinan bagi pemimpin paroki yang berfokus pada pengembangan keterampilan kepemimpinan melayani. SLA menyediakan pelatihan tentang integritas, manajemen, dan spiritualitas untuk membentuk pemimpin yang adil, transparan, dan penuh kasih dalam menjalankan tugas Gereja.

Program-program ini diharapkan mampu membawa transformasi signifikan di Paroki St. Ignatius Magelang, menjawab tantangan zaman dengan semangat apostolik dan inovasi iman yang relevan.

Tema "Semakin Katolik, Semakin Apostolik di Tengah Perubahan Zaman" menekankan perlunya umat Katolik di Paroki St. Ignatius Magelang untuk semakin memperdalam identitas iman mereka dalam kesetiaan pada ajaran Kristus, sembari menjawab tantangan-tantangan zaman modern. Dalam konteks pastoral, hal ini memerlukan pewartaan yang relevan, penguatan spiritualitas Ignasian, dan partisipasi aktif umat dalam misi gereja. 

Program-program andalan seperti Ignatius Spiritual Retreat dan Digital Evangelization Hub bertujuan menguatkan formasi iman umat dan memperbaharui cara pewartaan yang efektif di era digital, sementara inisiatif seperti Missionary Outreach Program dan Eco-Parish Movement menekankan semangat pelayanan yang misioner dan kepedulian ekologis.

 Sejalan dengan semangat Evangelii Gaudium, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa Gereja harus merangkul dunia tanpa melupakan akar tradisinya, memperbarui cara mewartakan Injil agar lebih inklusif dan relevan (Fransiskus, 2013). 

Dengan demikian, paroki ini dipanggil untuk menjadi semakin Katolik dan apostolik, memadukan iman yang kuat dengan tindakan nyata demi menjawab kebutuhan spiritual dan sosial masyarakat.

References:

Fransiskus. (2013). Evangelii Gaudium: Sukacita Injil. Libreria Editrice Vaticana.

Vatican II. (1964). Lumen Gentium: Dogmatic Constitution on the Church.

Vatican II. (1965). Dei Verbum: Dogmatic Constitution on Divine Revelation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun