Paus Fransiskus, dalam ensiklik Evangelii Gaudium, menekankan pentingnya Gereja untuk hadir sebagai Gereja yang “keluar” dan terlibat dengan dunia, menampilkan wajah Gereja yang penuh belas kasih dan kesaksian hidup yang nyata (Fransiskus, 2013).
Hal ini menuntut umat Katolik untuk menyesuaikan cara mereka mewartakan iman, sehingga tetap relevan dan bermakna dalam konteks kehidupan yang terus berubah.
Dengan demikian, umat Katolik dipanggil untuk menjaga keseimbangan antara kesetiaan terhadap ajaran dan fleksibilitas pastoral dalam menghadapi tantangan zaman. Hal ini tidak berarti meninggalkan nilai-nilai fundamental, tetapi justru memelihara semangat apostolik yang terus berkarya dalam dunia modern, membawa terang Injil ke dalam berbagai konteks sosial yang berbeda.
2. Semangat Apostolik dan Misi Gereja di Era Modern
Selanjutnya, semangat apostolik berakar dari mandat Yesus kepada para rasul untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa (Matius 28:19). Dalam konteks teologi Katolik, semangat apostolik tidak hanya berarti keterlibatan dalam misi pewartaan Injil, tetapi juga membangun persekutuan yang bersifat universal—sebuah persekutuan yang melintasi batas-batas budaya, ekonomi, dan sosial.
Hal ini mencerminkan visi Gereja sebagai tubuh Kristus yang katolik, artinya bersifat universal dan menerima semua orang, serta apostolik, yang berarti berakar pada pengajaran para rasul dan terus melanjutkan misi mereka di zaman modern (LG, 1964).
Semangat apostolik menuntut umat Katolik untuk menghidupi iman mereka secara aktif dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya di dalam lingkup spiritual, tetapi juga di ruang sosial dan publik.
Misi Gereja untuk mewartakan Injil berarti bahwa umat harus terlibat dalam transformasi dunia, menghadapi tantangan-tantangan sosial, ekonomi, dan budaya yang kompleks di era modern. Paus Fransiskus dalam dokumen Evangelii Gaudium menyatakan bahwa Gereja dipanggil untuk menjadi lebih misioner, bukan hanya secara institusional, tetapi melalui kesaksian hidup setiap individu Katolik yang menjadi saksi Kristus dalam masyarakat (Fransiskus, 2013).
Dalam dunia yang terus berubah, semangat misioner ini mengharuskan Gereja untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan akar tradisinya.
Ini berarti pewartaan Injil harus inklusif dan inkarnasional, masuk ke dalam budaya dan realitas sosial masyarakat, sembari tetap setia pada prinsip-prinsip ajaran Kristus.
Dalam pengertian filosofis, semangat apostolik juga menyiratkan tanggung jawab etis umat untuk berperan aktif dalam membangun dunia yang lebih adil dan damai, sesuai dengan ajaran sosial Gereja. Paus Fransiskus menekankan pentingnya keterlibatan umat Katolik dalam isu-isu keadilan sosial, kemiskinan, dan lingkungan, sebagai bagian dari misi untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia.
Oleh karena itu, umat Katolik diharapkan untuk menjadi agen transformasi dalam masyarakat, yang tidak hanya mempertahankan nilai-nilai injili, tetapi juga beradaptasi dengan konteks modern yang dinamis, serta mengambil tindakan nyata dalam menghadapi tantangan zaman ini.