Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Tips Beretorika "Logos", "Ethos", dan "Pathos" sebagai Pendidik

22 Januari 2024   23:55 Diperbarui: 3 Maret 2024   01:55 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Seorang pengajar di kelas. (DOK. Kemendikbudristek via kompas.com)

Analogi adalah alat lain yang dapat digunakan untuk menggugah emosi. Dengan membandingkan konsep abstrak dengan situasi atau objek yang dikenal, murid dapat lebih mudah terhubung dengan materi dan merasakan relevansi dalam kehidupan sehari-hari. 

Analogi yang kuat dapat menjadi jembatan antara intelektualitas dan emosi, memungkinkan murid untuk merasakan arti dari apa yang mereka pelajari.

Penggunaan bahasa yang membangkitkan emosi juga menjadi aspek penting dari pathos. Pilihan kata yang tepat dapat menciptakan nuansa emosional yang mendukung tujuan pengajaran. 

Sebagai pendidik, kesadaran terhadap kekuatan kata-kata dan cara penyampaian dapat meningkatkan daya tarik materi serta membangun ikatan emosional antara pendidik dan murid.

Relevansi materi dengan pengalaman pribadi atau situasi kehidupan murid juga dapat meningkatkan efek pathos. Dengan merinci contoh-contoh yang menyentuh kehidupan sehari-hari, seorang pendidik dapat membantu murid merasakan koneksi emosional dengan materi yang sedang dipelajari. 

Hal ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya konsep tersebut dalam konteks kehidupan mereka.

Dalam keseluruhan, pathos memberikan dimensi emosional yang kaya dalam proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan cerita, analogi, bahasa yang membangkitkan emosi, dan keterkaitan dengan pengalaman pribadi murid, seorang pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang memotivasi dan menyentuh hati. 

Dengan demikian, materi yang diajarkan tidak hanya dipahami secara intelektual, tetapi juga diterima dengan hati dan emosi yang mendalam.

Bagaimana pendidik dapat memahami dan meresapi peran elemen emosional dalam pembelajaran, sejalan dengan kata-kata Irene Claremont de Castillejo bahwa "Emotion always has its roots in the unconscious and manifests itself in the body"? 

Untuk mengeksplorasi lebih dalam konsep pathos dalam konteks pendidikan, mari kita refleksikan sepuluh pertanyaan yang menantang dan membangkitkan kesadaran terhadap pentingnya menggugah emosi dalam proses pembelajaran.

  1. Bagaimana pemahaman bahwa "emotion always has its roots in the unconscious" dapat membimbing pendidik dalam menyusun strategi untuk merangsang emosi murid melalui pembelajaran?

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun