Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

3 Tips Beretorika "Logos", "Ethos", dan "Pathos" sebagai Pendidik

22 Januari 2024   23:55 Diperbarui: 3 Maret 2024   01:55 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Seorang pengajar di kelas. (DOK. Kemendikbudristek via kompas.com)

Apa implikasi dari pernyataan bahwa keterlibatan aktif dalam pembelajaran dan kehidupan sekolah adalah manifestasi dari ethos yang kuat, dan bagaimana hal ini dapat memperkuat hubungan antara pendidik dan murid?

  • Bagaimana seorang pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi melalui keterlibatan aktif, dan mengapa hal ini menjadi penting dalam membangun kredibilitas?

  • Dalam konteks ethos, bagaimana memadukan profesionalitas, pengetahuan, sikap etis, dan keterlibatan aktif dapat membentuk teladan yang memberdayakan bagi murid-murid?

  • Bagaimana ethos dalam pendidikan tidak hanya terfokus pada membangun reputasi, tetapi juga menciptakan fondasi karakter untuk arah perkembangan murid-murid?

  • Apa pesan yang ingin disampaikan kepada pendidik tentang peran dan tanggung jawab mereka dalam membangun ethos yang kuat dalam mencapai potensi penuh murid-murid?

  • Pathos: Memasukkan Elemen Emosional dalam Pembelajaran

    "Emotion always has its roots in the unconscious and manifests itself in the body." - Irene Claremont de Castillejo

    Pathos, dalam konteks pendidikan, mengajak kita untuk merenung pada aspek emosional dalam belajar. Irene Claremont de Castillejo, seorang psikolog terkemuka, mengingatkan kita bahwa emosi selalu memiliki akar dalam bawah sadar dan muncul dalam bentuk manifestasi tubuh. 

    Dengan demikian, penggunaan emosi dalam pembelajaran dapat menciptakan pengalaman yang mendalam dan berkesan bagi murid-murid.

    Saat menjadi seorang pendidik, memasukkan elemen emosional dalam pembelajaran adalah langkah kunci untuk membuat materi lebih relevan dan bermakna bagi murid-murid. 

    Penggunaan cerita adalah salah satu cara efektif untuk mencapai ini. Cerita memiliki daya tarik universal, dan menyajikannya dengan cara yang membangkitkan emosi dapat membuat materi lebih mudah dipahami dan diingat oleh murid. 

    Oleh karena itu, sebagai pendidik, penting untuk memilih cerita yang tidak hanya mendukung konsep yang diajarkan tetapi juga memiliki daya tarik emosional.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun