Ya Tuanku, aku dan perempuan ini berdiam dalam satu rumah ketika aku melahirkan seorang anak dan pada hari kedua ia pun melahirkan anaknya. Kami sendirian. Tak ada orang lain. Hanya kami berdua.
Pada waktu malam ketika aku lelap dalam pembaringan bersama anakku, perempuan ini bangun dan mengambil anakku dari sampingku.
Lalu ia menempatkan anaknya dipangkuanku. Ketika fajar menyingsing, aku pun bangun untuk menyusui anakku namun  aku mendapatinya dalam keadaan tak bernyawa. Aku menangis. Aku menyesal karena aku gagal menjaga harta yang satu-satunya ku punyai itu. Namun setelah ku amat-amati dia, ku lihat bukan dia anak yang ku lahirkan.
Bukan!!!!
Jawab perempuan yang lain,
Yang Mulai Rajaku, aku tidak melakukan apa seperti yang  dikatakan perempuan itu. Anakkulah yang yang hidup itu dan anak perempuan itulah yang telah mati.
Namun sahut perempuan pertama itu, bukan!!!
Anaknya yang mati dan anaknya yang telah mati.
Begitulah kedua perempuan itu bertengkar dihadapan Sang Raja. Suasana kerajaan terlihat gaduh. Raja masih diam. Mungkin Raja sedang menimbang perkara yang telah tersaji dihadapannya.
Lalu kata Raja kepada seorang pengawal, katanya:
Ambilkanlah aku sebuah pedang.