Setelah aku sembuh, berganti ibuku yang terkena demam. Tapi anehnya ibuku mengalami sakit yang lebih parah. Ibuku menjadi tidak memiliki nafsu makan. Aku selalu menungguinya di bawah tempat tidurnya. Aku berjanji akan menyuapinya tetapi ibuku tetap tidak mau makan.
Satu hari sebelum kegiatan study tour SMP, aku sampai di rumah dengan keadaan hanya adikku saja yang di rumah. Lalu tetanggaku berkata bahwa ibuku masuk rumah sakit. Kemudian di malam harinya nenekku menelepon dan memberi kabar bahwa ibuku sudah dalam keadaan koma. Tapi aku tetap menenangkan diri bahwa ibu akan segera sadar. Beberapa hari kemudian ada panggilan dari rumah sakit, bahwa ibuku akan dibawa pulang. Dalam pikiranku, ibu berarti sudah sembuh dari penyakitnya. Saat aku sedang belajar tiba-tiba ambulan datang ke rumah, dan nenekku dengan lemas berkata bahwa ibuku telah meninggal. Aku terkejut membeku saat mendengar bahwa ibuku sudah berpulang. Sebelum ibu berpulang, ibu membelikanku pakaian dan ponsel. Saat pemakamannya, aku memakai baju yang dibelikan ibuku untuk terakhirnya, mulai hari itu baju yang ku kenakan saat itu akan menjadi satu-satunya pakaian favoritku.
  Tanggal 28 Desember 2016, hari di mana aku berulang tahun ke 14. Tapi tahun ini menjadi sangat berbeda. Tidak ada lagi pelukan dan harapan di pagi hari. Dalam kelarutan pikiranku, Aku berjalan menuju kamar ibuku, secara tidak sengaja aku menemukan buku harian ibuku tentang ketidakpercayaan dirinya yang disebabkan oleh kanker payudara yang dideritanya.
Pada hari itu aku datang ke makam ibuku. Dengan tangisan yang penuh penyesalan, karena mengapa aku tidak pernah bisa memahami ibuku seperti ibu memahamiku. Aku merasa gagal menjadi seorang anak karena hal itu, 'Mengapa ibu selalu memahamiku dan mengapa aku tidak bisa seperti itu?' itulah yang ada di pikiranku.
Dan pada hari ibu di tahun itu, aku hanya bisa menangis, karena merindukan sosok yang ku cintai. Aku sangat ingin memeluk ibu, dan melihat senyuman ibu. Hanya itu saja. Jika tidak bisa, maka aku hanya bisa berharap ibu muncul pada mimpiku di malam hari..
Waktu berjalan begitu sangat cepat. Kini aku sudah masuk ke jenjang SMA. Tidak terasa sudah dua tahun aku kehilangan sosok seorang ibu di sisiku. Namun, rasanya masih benar-benar sangat sulit untukku untuk melupakan kepergiannya, aku masih saja berhalusinasi bahwa ini hanyalah mimpi. Kehilangan ibuku membuatku menjadi orang linglung, aku sering kebingungan dan lupa dengan orang rumah, tidak jarang aku lupa tentang keberadaanku, sampai-sampai aku lupa tidak makan selama beberapa hari. Hari pertama aku menjalani upacara wajib pada hari Senin, tanpa aba-aba mataku mulai mengelap, aku pun terjatuh tanpa sadar menimpa punggung temanku. Samar-samar aku dapat mendengar suara dari beberapa orang yang membantuku untuk diamankan. Aku mulai tersadarkan Kembali, melihat sekeliling dengan kondisi mata yang masih buram, aku dapat menebak bahwa aku sudah berada dalam UKS. Aku sadar bahwa ada dua orang di sampingku. Aku melihat satu orang menyadari aku terbangun dari pingsan.
"Eh, udah sadar tuh dia," ujar seseorang yang sadar bahwa aku terbangun, ia juga tidak lupa menyenggol lengan temannya yang terlihat asik bermain ponselnya.
"Kamu udah mendingan?" tanyanya dengan lembut. Aku hanya bisa mengangguk dan menatap dia dengan kebingungan.
Dia yang menyadari aku sedang kebingungan, ia mulai memperkenalkan dirinya, "aku Azza, kita satu kelas kalau kamu gak tau. Aku udah kasih tau ke teman yang lain kalau kamu masih di UKS."
"Ah iya... makasih ya Azza udah mau nemenin aku. Em..."
"Dia?" tunjuk Azza kearah seseorang yang hanya diam saja dan masih berfokus pada ponselnya. Aku mengangguk, aku sedikit terkejut kepada Azza yang paham akan maksudku.