Saat aku berada di kelas 6, aku mendengar bahwa ibuku sakit. Ibuku menjalani pemeriksaan lebih lanjut pada Rumah Sakit. Setiba dari rumah sakit, ibuku berjalan secara perlahan menuju dan memeluk nenekku. Sebenarnya aku tahu bahwa ibuku telah pulang, tapi aku memutuskan untuk berpura-pura tidur. Ibu berkata bahwa ia terkena kanker payudara. Aku meneteskan air mata tidak tahan dengan kabar tersebut. Aku menangis dalam diamku. Tangisan tanpa suara yang membuat dadaku sesak. Sedihnya lagi, ibuku tidak ingin kedua putrinya tahu akan hal itu, aku menghargai keputusan ibu. Tapi aku sangat sedih mendengar kabar itu. Ibuku sebenarnya tidak berani mengambil keputusan untuk operasi Akan tetapi, kedua putrinya menjadi alasan ibuku untuk mengambil Keputusan tersebut. Cita-cita ibuku hanya satu; ingin melihat anaknya tumbuh menjadi putri yang baik. Saat ibuku menjalani operasi, aku tidak dapat hadir di sampingnya. Sebab, saat itu aku harus mengikuti try out. Dalam keseriusanku mengerjakan, ada seseorang yang menelponku, mengatakan bahwa ibuku kekurangan darah, dan mengalami masa kritis. Aku sangat sedih, dan berharap ibuku segera mendapatkan darah yang cocok. Karena pada saat itu, darah yang cocok untuk ibuku sedang kosong. Syukurnya tidak lama kemudian ada darah yang cocok dengan darah ibuku. Aku tahu hal ini sangat sulit untuk ibuku. Aku tahu ini 3 kalinya ibuku dioperasi. Meskipun begitu, ibu selalu mendampingiku disaat aku kesulitan dalam mengerjakan tugasku tanpa menunjukkan rasa sakit yang ia alami. Setiap malam ibuku menemaniku dan adikku belajar dengan senyuman tipisnya yang membuatnya terlihat begitu cantik. Ibuku selalu ingin aku bersekolah dengan bersungguh-sungguh serta ibuku berharap bahwa putrinya mempunyai akhlak yang baik.
Saat pembelajaran daring terjadi, ibuku selalu menjadi guru yang baik, membantuku memahami materi yang belum aku pahami dari guru sekolahku. Di malam hari aku sering melihat ibuku ketiduran karena menemaniku belajar begitu larut. Aku menatap wajah damai ibuku yang masih tertidur, aku mengusap punggungnya secara perlahan. Tidak lama dari itu, air mataku mulai menetes, aku tidak kuasa menahan kesedihanku.
"Ibu yang kuat ya... aku sedih lihat ibu selalu kesakitan, cepet sembuh ya bu..." Lirihku sembari menahan suara tangisku dengan berat.
Kami memiliki kalimat yang wajib diucapkan secara bersamaan sebelum aku berangkat sekolah, "Sekecil apapun perbuatan pasti ada balasannya. Sekecil apapun itu Tuhan akan membalas perbuatan mereka." ujar kami bertiga, setelahnya ibuku memeluk aku dan adikku tidak lupa disertai ciuman pada kedua pipi kami.
"Jadi jika ada yang jahat kepada kalian, kalian harus membalasnya dengan senyuman, atau bahkan kebaikan. Kalian mengerti?" ujar ibuku setelah mencium kedua pipi kami.
Ibuku adalah sosok yang hebat dan tangguh. Seorang ibu yang tidak ingin anak-anaknya melihat kesedihannya. Seorang ibu yang tidak ingin anaknya mengetahui masalahnya, ia hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, ia sangat menyayangi anaknya, lebih dari dirinya sendiri. Akhir-akhir ini ibu sering membeli baju baru untuk kedua putrinya, sedangkan ia hanya memakai baju yang sudah ia miliki saja. Ada saatnya aku menangis karena ketulusan ibuku.
Di saat aku merasa tidak baik-baik saja, ibuku bisa mengerti dan tahu perasaanku, hanya dari raut wajah dan suaraku. Ibu selalu tahu di saat aku terlarut dalam kesedihan, ibu akan memelukku dan menenangku dengan lembut.
"anakku, sudahilah kesedihamu, dunia ini emang tidak selamanya baik untuk kita. Tapi ingatlah bahwa ada ibu yang selalu maju paling depan di saat kamu kesulitan." ujar ibuku bertujuan mengguatkanku, akan tetapi tangisanku semakin kencang tidak tahan dengan ucapannya.
Ibuku mampu menjadi teman curhat dengan pendengar serta pemberi saran yang baik, sahabat yang begitu asik, dan guru yang cerdas. Ibuku sangatlah hebat bukan? Oh iya, ibuku memiliki selera musik yang begitu bagus, membuatku menyukai selera musik beliau. Kami mendengarkan musik bersama dan menonton dram Korea bersama. Kami sering kali menangis bersama, lalu tertawa bersama hanya karena menyaksikan drama Korea.
Di saat aku sakit, ibuku selalu menungguku dan menemani tidurku. Ibuku selalu membawaku ke dokter dan menyuapiku di saat aku tidak memiliki nafsu makan. Dengan sabarnya, ibuku menungguiku sambil memegangku dan berkata, " Kamu akan segera sembuh nak. Semuanya akan membaik dan akan seperti semula. Kalau boleh ditukar, ibu aja yang sakit, kenapa harus kamu?" lirihnya menangis terisak-isak.
Saat itu aku terkena demam. Ibuku mengurusku dan terus menemaniku. Sembari bertanya, "Apa yang kamu inginkan nak? pakaian? hp? tapi ibu minta kamu cepat sembuh ya. Kamu jangan seperti ini, mending ibu aja yang sakit. Bahkan ibu rela mengorbankan nyawa ibu demi putri ibu yang tersayang ini," lirihnya sembari mengenggam tanganku dengan gemetar.