Mohon tunggu...
Pingkan Hendrayana
Pingkan Hendrayana Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Menyukai dunia organisasi dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelangi untuk Ibu

22 Desember 2024   09:45 Diperbarui: 22 Desember 2024   09:45 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini ditulis oleh Melati Adelin Salfa Luna, didedikasikan untuk Ibu tercintanya yang kini telah tiada.

Namaku Luna. Sudah tiga tahun semenjak ibuku meninggal, aku masih saja merindukan kehadirannya. Meski begitu, setiap terbangun dari tidurku orang yang pertama kali yang kucari adalah ibuku. Sepertinya aku masih tidak terbiasa hidup tanpa adanya malaikat hebat sepertinya. Ibuku adalah malaikat yang begitu baik terhadapku, ibuku sangatlah hebat dalam berbagai hal. Dari aku kecil hingga saat ini, ibuku tetaplah menjadi orang yang terhebat dan orang yang begitu rupawan yang pernah aku temui.

Di masa di mana aku masih menjadi anak-anak, aku adalah anak yang sering kali terjangkit penyakit. Tapi dengan sabarnya ibuku merawatku dengan ketelatenan yang luar biasa dan mengabaikan ocehan dari tentangganya yang selalu membicarakan hal buruk terhadap anaknya. Saat itu, ayahku merantau ke Kalimantan. Jadi, aku lebih sering menghabiskan waktu bersama ibuku. Saat aku belajar berjalan, ibukulah yang menuntunku berjalan dan ketika aku terjatuh, ibuku segera menggendongku lalu menciumku. 'bu', kata pertama yang diajarkan oleh ibuku yang mampu aku ucapkan, yang dapat membuat ibuku menangis bahagia.

Setiba dimana aku memasuki masa PAUD, ibuku selalu menungguku, karena saat itu aku tidak memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Aku selalu menangis ketika tidak melihat ibuku berada di luar. Akan tetapi dengan sabarnya, ibuku datang dan memelukku. Dia selalu bertanya.

"Luna, apa yang membuatmu takut? Ada ibu di sini" ujar ibu yang selalu menenangkanku dengan ucapannya.

Saat di mana aku sudah berumur 5 tahun, aku tahu ini pasti berat untuk ibuku. Pukul 22.00 WIB, ibuku melahirkan seorang bayi, di mana ialah adikku yang aku cintai. Bayi tersebut dinamai 'Pelangi.' Pada hari itu, aku begitu senang memiliki seorang adik di dalam kehidupanku. Kehadirannya membuatku lebih termotivasi untuk menjadi sosok yang mandiri.

Ketika memasuki jenjang Sekolah Dasar, aku memiliki kurang percaya diri dengan fisikku, karena aku terlihat lebih besar dari sebayaku. Akan tetapi, untuk membahagiakan ibuku, dan karena dukungan ibuku, aku diharuskan untuk memiliki kepercayaan diri yang lebih. Dahulu aku sering diremehkan orang lain.

"Percuma pintar kalau minder." 

"Percuma pintar kalo miskin, pasti akhirnya gak bakal jadi apa-apa."

"Biasanya pintarnya cuman waktu SD doang, liat aja pas SMP pasti juga gak pintar dia."

Ibuku begitu sedih saat mendengar kalimat itu, menurutnya, aku putri terhebatnya, dan ibuku percaya bahwa semua akan bisa terjadi jika diusahakan. Saat berada di SD, aku selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Hal ini membuat hubunganku dengan ibu menjadi renggang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun