“Sumpah Ran, kran air itu…”
Aku melangkah dan memutar tangkai kran, sekejap kemudian tampak cairan mengalir dari lubang kran tapi tak seperti biasanya. Warnanya merah gelap menyerupai darah kental.
Aku terpaku sementara Wati tampak berdiri gemetar sambil memegangi lenganku.
“Darah..?” Ucapku
“Iya, itu sepertinya darah!”
Aku mendekatkan ujung hidungku berusaha membaui cairan yang terus mengalir dari lubang kran. Tidak berbau apa-apa.
“Mungkin ada pewarna yang sengaja ditaburkan ke penampungan air di atas??” ucapku berharap.
“Siapa?” bisik Wati ketakutan.
“Besok pagi coba kita lihat.”
Kuberanikan diri menutup kran itu. Mataku tertumbuk ke air di lantai yang tadi tampak menggenang berwarna merah. Kini cairan merah itu tak lagi berbekas. Lantai kamar mandi benar-benar tampak bersih seolah tak pernah ada cairan berwarna merah yang mengguyur di atasnya.
Wati membuka kran itu dan air kembali mengalir dari mulut kran, warnanya bening!