Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Tekukur yang Ajaib

5 Januari 2021   09:45 Diperbarui: 5 Januari 2021   10:26 5879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emas?" tanya Nara ingin tahu. Ia berjalan ke arah Nuba. "Benar! Ini biji emas murni."

Nara dan Nuba memetik buah pohon itu. Tetapi anehnya, buah yang telah diambil akan tumbuh buah yang baru yang sama besarnya dengan buah yang dipetik. Sudah banyak biji emas yang mereka kumpulkan. Rasanya sudah cukup untuk hidup mereka. Lalu Nuba memberi kabar kepada tetanggganya untuk mengambil buah-buah dari pohon itu. Semua warga kampung yang miskin dan sederhana itu mendapatkan emas yang ada dalam buah itu. Bahkan warga dusun lain pun dengan senang hati memetik buah emas itu. Semua merasa gembira.

Akan tetapi kabar tentang pohon berbuah emas itu sampai juga ke telinga Raja Don Mas. Seorang raja yang kejam, licik, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya. Ia menyusun rencana untuk mengambil pohon berbuah emas itu dari rumah Nara dan Nuba. Ia memerintahkan prajurit untuk pergi ke dusun Nara dan Nuba untuk memetik seluruh buah pohon ajaib itu. 

"Semua buah itu harus dibawa ke istana dan pohon ajaib itu harus dirobohkan. Semua biji emas yang ada di tangan warga harus diambil juga. Jangan biarkan warga memiliki emas sepotong pun. Jika ada warga yang melawan, bunuh saja. Ini titah raja."

Para prajurit datang ke rumah Nara dan Nuba. Mereka memetik semua buah pohon ajaib itu. Anehnya, tidak ada buah yang tumbuh baru menggantikan buah yang dipetik sebagaimana yang dialami Nara dan Nuba. Mereka membawa pulang ke istana buah-buah itu. Sebelumnya, mereka merobohkan pohon itu dan membakarnya sampai menjadi debu. Tidak ada yang tertinggal.

Nara dan Nuba hanya bersikap pasrah. Tak ada yang dapat mereka lakukan. Semua peristiwa hidup mereka sudah diserahkan kepada kehendak Sang Lera Wulan Tana Ekan. Mereka tidak akan menangisi nasibnya; mereka tetap menegakkan kepala bagaikan bunga-bunga mengangkat mahkotanya untuk menyambut fajar. Kekuatan keyakinan itulah yang membuat mereka hidup dan bertahan dalam segala situasi.

Dengan gembira Raja Don Mas mulai membuka buah-buah itu. Begitu buah pertama dibuka, seekor ular berbisa meloncat dari dalam buah. Ular itu mengejutkan raja dan berlari mengikutinya sampai ke singgasana. Tiba-tiba semua buah itu pecah dan mengeluarkan begitu banyak ular berbisa. Ular-ular itu mengejar raja dan ramai-ramai menggigitnya sampai mati. Raja Don Mas mati digigit ular berbisa di atas singgasananya sendiri.

 

******

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun