"Tekukur....kur...., tekukur....kur....., tekukur...kur! Bawalah aku, aku akan bertelur jadi padi."
Nuba yakin bahwa burung itu berbunyi dan bersuara. Apa yang didengarnya tadi tidak salah. Sungguh burung itu dapat berkata-kata. Burung itu pun berbunyi dan bersuara lagi.
"Tekukur....kur...., tekukur....kur....., tekukur...kur! Bawalah aku, aku akan bertelur jadi padi."
Mendengar burung itu berbunyi lagi untuk ketiga kalinya, Nuba lalu bergegas menghampiri Nara, kakaknya yang sedang memotong bambu.
"Kak, dengar tidak suara burung tekukur di atas pohon bambu ini?"
Nara berhenti memotong bambu ketika mendengar suara adiknya bertanya. "Tidak......tidak mendengar bunyi apa pun. Memang ada bunyi apa?"
"Burung tekukur di atas pohon bambu itu berbunyi dan bersuara, Kak."
"Masa si burung bisa bersuara seperti manusia? Apa kata burung itu?"
"Katanya begini, 'bawalah aku, aku akan bertelur jadi padi', Kak!"
"Hem.... Adik salah dengar kali."
"Aku sudah dengar tiga kali, Kak. Aku tidak salah dengar. Itu burungnya, masih di tempat yang sama sejak tadi."