Mohon tunggu...
Pieter Sanga Lewar
Pieter Sanga Lewar Mohon Tunggu... Guru - Pasfoto resmi

Jenis kelamin laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Tekukur yang Ajaib

5 Januari 2021   09:45 Diperbarui: 5 Januari 2021   10:26 5879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga dusun itu pun bersujud dan bersyukur kepada Lera Wulan Tana Ekan yang telah memberi mereka biji-biji padi yang bernas lewat seekor burung tekukur yang ajaib. Kegembiraan mereka itu dan kajaiban burung tekukur itu menyebar ke dusun-dusun yang lain. Tidak heran warga dusun lain berduyun-duyun datang ke dusun itu. Kehadiran warga dusun lain disambut dengan suka cita dan mereka membagikan berkilo-kilo padi kepada yang datang.

Wajah Nara dan Nuba tampak berseri. Di samping mereka merasa senang karena burung itu sudah memberikan kegembiraan kepada semua warga dusun, peristiwa ajaib itu memperjelas hakikat kebersamaan hidup manusia untuk saling menolong. Nara dan Nuba masih sangat kuat mengingat pesan almahrum ayahnya: "Kegembiraan yang dibagikan kepada orang lain, khususnya yang berkekurangan, akan menjadi lebih besar dan penderitaan yang dibagikan kepada sesama manusia akan menjadi kecil."

Berita tentang burung ajaib  itu terus berkembang dari mulut ke mulut. Berita itu pun sampai juga ke telinga Raja Don Mas, penguasa tunggal daerah itu. Setelah mendengar cerita itu dari para pegawai istana, Raja Don Mas mengirimkan beberapa prajurit untuk mengambil burung ajaib itu. Sepanjang perjalanan, para prajurit itu pun menyaksikan bahwa semua warga dusun di sekitar kerajaan telah memiliki lumbung padi yang besar dan banyak.

Setibanya prajurit di rumah Nara dan Nuba, mereka langsung meminta burung ajaib itu kepada Nuba. "Raja Don Mas memerintahkan agar kamu menyerahkan burung itu kepada kami untuk dibawa ke istana," tegas kepala pasukan itu kepada Nara dan Nuba.

"Jika ini kehendak Raja Don Mas, ya saya serahkan burung tekukur ini," kata Nara merendah sambil melirik Nuba yang kelihatan pucat ketakutan.

Air mata Nuba jatuh ke pipinya. Dalam hatinya, ia tidak mau kehilangan burung ajaib itu. Namun, karena perintah raja, ia rela melepaskan burung tekukur itu. "Apa yang kumiliki saat ini hanyalah anugerah Sang Lera Wulan Tana Ekan. Semua yang ada padaku bukan milikku yang abadi," gumamnya dalam hati.

Burung tekukur itu pun  dibawa ke istana raja. Selama perjalanan, burung tekukur itu tidak pernah mengeluarkan bunyi atau suara. Rupanya ia turut bersedih meninggalkan Nuba di dusun. Lama perjalanan kira-kira setengah hari jaraknya dari dusun Nara dan Nuba. Para prajurit tiba di istana pada sore hari. Hati sang raja begitu senang. Dalam hatinya berkata bahwa untuk selanjutnya kerjaannya tidak akan kekurangan makanan dan semua orang di istana tidak perlu bekerja keras karena burung ajaib itu akan menelurkan biji-biji padi.

"Siapkan sebanyak mungkin wadah penampungan padi dan letakkan dalam lumbung-lumbung padi yang ada di sekitar istana," perintah Raja Don Mas kepada prajurit-prajuritnya.

Prajurit memasukkan burung tekukur ke dalam wadah padi di lumbung pertama. Semua berharap esok pada wadah itu sudah penuh biji-biji padi. Sang raja pun tidak dapat tidur nyenyak karena memikirkan kegembiraan yang besar atas terpenuhinya lumbung-lumbung padi di istana.

Sementara di dusun yang gelap dan sepi, Nuba memikirkan nasib burung ajaib itu. Apa yang akan terjadi pada burung itu jika harapan dan keinginan Raja Don Mas tidak terpenuhi. Sepertinya ada tanda bahwa nasib burung ajaib itu akan buruk di tangan raja. Namun demikian, Nuba serahkan semua peristiwa hidupnya kepada Lera Wulan Tana Ekan.

Matahari pagi bersinar kembali. Raja Don Mas bangun dan bergegas menuju lumbung pertama. Ia ingin memastikan bahwa harapannya terpenuhi di lumbung itu. Ia naik tangga lumbung itu dengan senang. Bibirnya bersiul-siul kecil sementara tangan kirinya memegang tongkat kekuasaannya. Ia menyuruh seorang prajurit membuka tutup wadah padi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun