"Aduh...." Danar baru menyadari luka bakar di kakinya.
Frans meminta Bi Uci mengambil kursi roda untuk Danar. Mereka membawa Danar ke IGD untuk mendapatkan tindakan.
"Kakakku yang bodoh, kalau kau mau mati, tolonglah ingat anakmu." Ucap Frans setengah marah setengah menggoda Danar.
"Sebagian sudah sampai terkelupas. Sepatumu sampai peot meleleh begini. Untung saja tidak melebur ke kulitmu. Sementara duduklah di atas kursi roda. Kalau membandel, lukamu akan lebih lama mengering" Lanjut Frans.
Alfi mendorong kursi roda Danar menuju kantin rumah sakit. Sepanjang jalan mereka hanya hening. Entah apa yang bergejolak di kepala mereka.
"Kenapa kamu tak pernah  cerita?" Alfi mengawali percakapan.
"Tentang?" Danar balik bertanya.
"Tentang apa yang baru saja aku ketahui."
Danar diam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Selama ini dia memang selalu berbohong pada Alfi setiap kali Alfi bertanya tentang kehidupan rumah tangganya.
"Haruskah aib diumbar?" Jawab Danar datar.
"Setidaknya biarkan aku tau."