"Kau boleh melanjutkan kegiatanmu bersama El. Aku hanya ingin tetap di sini."
Danar meninggalkan Alfi sendirian di ruang tamu dan kembali ke kamarnya. Sampai jam makan malam tiba, Danar tak juga mengajak Alfi untuk makan bersama mereka. Bahkan Danar tak tahu jam berapa Alfi pulang.
"Bu, El sekarang di rumah sakit. Pak Beni tadi datang. El mendadak histeris. Dia lari dan terjatuh di tangga." Suara panik Bi Uci membuat swan kettle berisi air panas yang sedang dipegang Danar jatuh dan mengenai seluruh kakinya.
Tak perlu menunggu apa pun, Danar bergegas melepas apronnya dan mengambil tas. Dia lupa dengan kakinya yang tersiram air panas. Di benaknya penuh berjuta pertanyaan tentang kondisi El.
"El gimana, Bi?" Tanya Danar penuh cemas.
"Masih di dalam, Bu."
Danar menghempaskan badannya ke kursi yang ada di ruang tunggu. Entah bagaimana kondisi El di dalam sana.
"Kamu dimana?" Akhirnya Danar menjawab panggilan telpon dari Alfi.
"Rumah sakit Permata."
Tak perlu persetujuan Danar, Alfi langsung bergegas menyusul Danar ke sana. Suara lemah Danar sudah cukup menjelaskan bahwa dia sedang menghadapi kondisi yang tak baik. Mungkin sangat tidak baik.
"El?" Alfi jelas panik melihat Danar menunggu dengan pipi penuh air mata.