"Next time lagi, mungkin. Kita sudah hampir empat jam di sini. Nanti beneran diusir sama pegawai coffee shop. Hehe...." sahut Bella.
"Iya ya. Tapi kok kayak baru sebentar ya kita di sini. Mungkin karena ini empat jam percakapan yang paling berkesan tentang kehidupan ya, Bel?"
"Setuju!"
"Eh," Bella seperti teringat sesuatu. "Aku masih penasaran. Tadi kan kamu bilang pernah berada pada satu titik di mana kamu tidak percaya lagi pada cewek manapun. Jadi, sekarang prinsip itu sudah berubah atau bagaimana, Don?"
Aku menatap matanya lebih dalam.
"Masa perlu aku jelasin lagi, Bel. Iyalah, sejak aku kenal kamu."
Aku melihat sekilas wajahnya merona.
"Sejak kita semakin akrab, aku tahu kamu berbeda dari cewek-cewek kebanyakan. Tapi karena tahu masa lalu kamu, pun masa lalu aku, aku tidak mau berharap terlalu banyak. Aku sudah lama punya rasa sama kamu, Bel."
Bella tiba-tiba meletakkan tangannya di atas tanganku di atas meja, entah sadar atau spontan. Aku pun menggenggam tangannya.
"Aku,... aku... aku tidak tahu mau ngomong apa, Don? Ini benar-benar,-"
"Sudah. Tidak usah dijawab juga tidak apa. Kita tetap berteman seperti ini saja, aku sudah senang banget, Bel."