"Halo..."
Diah mengernyitkan kening. Suara cewek. Tapi dia tetap berusaha berpikiran positif.
"Halo. Maaf, Mbak, ini dengan supervisornya Mas Boy ya?" tanya Diah.
"Ng,.. iya. Eh, saya pacarnya, Mas Boy. Maaf dengan siapa ini?" nada Marni terdengar bingung.
Diah mengembuskan napas panjang menahan amarah. "Saya pacarnya Mas Boy, Mbak," sahutnya dingin.
"Hahh!? Mbak salah orang kali ya. Maaf saya lagi sibuk ini-" Marni langsung menutup telepon tersebut.
Napas Diah mulai memburu dan Boy di seberang meja mirip pesakitan yang terkena vonis berat dari majelis hakim. Tertunduk lunglai penuh rasa bersalah.
Yang ditunggu-tunggu Diah terjadi. HP Boy kembali bergetar karena ada panggilan yang masuk, dan nama Supervisor Sales kembali muncul di situ. Marni pasti mau konfirmasi panggilan dari orang asing yang masuk barusan.
"Mas Boy, barusan ada perempuan aneh ngaku-ngaku pacarnya Mas Boy, siapa sih itu?" cerocos Marni begitu Diah menerima panggilan itu.
 "Sudah aku bilang aku pacarnya Mas Boy. Kalau kamu juga merasa pacarnya, berarti kita berdua sudah ditipu habis-habisan!" jawab Diah ketus.
Dia lalu berdiri, dan meletakkan HP itu di atas meja dengan kasar. "Kamu tega sekali sih, Mas. Kita ... Â kita putus!"Â