Bayu tersadar. "Eh, maaf. Sudah kebiasaan di tempat kerja sih."
"Gak apa-apa, Pak. Saya tinggal sebentar dulu ya. Anak-anak ini minta ada kopi atau teh juga, jadi airnya dimasak dulu."
"Siap, Bu, eh Cin, eh, Mbak ...Duh, tuh kan, salah jadinya."
Cinta dan yang lainnya tertawa geli.
Setelah Cinta masuk kembali ke dalam rumah, Bayu pun mengobrol santai dengan Satyo dan kawan-kawan kantornya. Sesekali dia menengok ke arah pemanggang, menunggu cumi-cumi dan ikan bakar rica yang sedang dipanggang di sana.Â
Tidak lama kemudian. Chira muncul lagi sambil memamerkan hadiah yang sudah dipakainya. Jaket hoodie berwarna abu-abu gelap. Nampak sedikit longgar, tapi masih relatif pas untuk ukuran jaket hoodie di tubuh anak 9 tahun.
"Jaketnya bagus banget, Om, Makasih ya," ucapnya.
Chira ini anak yang manis. Jika dipandang lama-lama, matanya begitu mirip dengan mata Cinta.
"Oke, Chira. Kamu belajar yang rajin ya."
"Siap, om," angguk Chira, lalu setelah puas memamerkan jaket hadiahnya, dia kembali berlari ke dalam rumah.
Kini Bayu benar-benar tidak bisa menahan diri untuk bertanya sesuatu. Dia pun bertanya ke Satyo dengan suara dikecilkan.