Oh ya, tentang Mbah Roy, Rara harus mengakui ilmunya memang canggih. Rara tidak menyangka bakal secepat ini reaksi ilmu Mbah Roy kepada Adam.
Awalnya mereka memang mengobrol tentang klien, anak-anak baru di kantor dan hal-hal lain terkait pekerjaan. Tapi tidak butuh waktu lama sebelum percakapan mereka melebar ke hal-hal yang lain. Sesekali mereka beradu tawa, terlihat benar-benar menikmati obrolan tersebut.
Semakin lama percakapan semakin dalam dan personal.
"Kamu itu cantik loh, Ra. Aku yakin cowok manapun bisa kamu buat bertekut lutut," tutur Adam sambil menatap dalam-dalam mata Rara. Jarak mereka kini begitu dekat. Tahu-tahu tatapan itu tergelincir turun ke dada Rara yang sedikit tersingkap.
Adam lalu mengalihkan pandangan dengan semburat malu. Pun Rara tersipu-sipu dengan ucapan Adam barusan. Dia ingin berkata buktinya kamu tidak bertekut lutut, tapi kembali diingatnya pesan Mbah Roy. Jual mahal, jual mahal.
"Ng... pakaiannya udah kering belum ya?" Adam berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Tadi aku set timer-nya 30 menit. Gak lama lagi kok."
Adam mengangguk lalu mengambil botol minuman soda. Sekali teguk, minuman langsung habis.
Batagor di dalam piring masih banyak tapi keduanya sudah terlihat "menyerah" mengunyah makanan itu.
"Dam, batagornya dihabisin ya. Aku sudah kenyang banget nih. Oh ya, kamu mau aku buatkan kopi? atau teh?"
"Gak usah repot-repot, biar aku buat sendiri saja," Adam berdiri dan beranjak ke arah dapur.