Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ilmu Pelet Makan Tuan

5 Mei 2022   19:47 Diperbarui: 5 Mei 2022   19:49 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari pixabay.com

Cerita sebelumnya: 

Rara yang cintanya bertepuk sebelah tangan, menempuh cara lain untuk mendapatkan cinta Adam, teman sekantor tambatan hatinya. Adam selama ini memang terkenal workaholic dan tidak peduli dengan urusan percintaan. Yang dilakukan Rara adalah meminta bantuan Mbah Roy seorang dukun milenial yang terkenal dengan kesaktian ilmu peletnya. Apakah Rara berhasil mendapatkan cinta Adam? 

(baca cerita selengkapnya di sini: Dukun Milenial)    

---

"Pak Adam? Ngapain di sini?" Rara setengah berseru saat menghampiri Adam.

Kali ini Adam yang terkejut. "Gak usah pak, pak, gitu. Kita lagi gak di kantor, Rara," sahutnya.

"Setuju," jawab Rara sambil tersenyum. "Lagi nunggu siapa nih?"

Diawali dengan ekspresi malu, Adam menjawab pertanyaan to the point Rara.

"Well, sebelumnya maaf ya aku gak kasih kabar dulu. Gak tahu kenapa tiba-tiba pengen banget ketemu kamu untuk bahas calon klien besar kantor kita ... "

Rara mengangguk. "Tentu saja. Ada ya orang yang gak ada habisnya mikir kerjaan," sahut Rara lagi dengan nada riang. Dia tidak ingin Adam merasa terintimidasi.

Adam refleks mengarahkan telapak tangannya ke depan Rara. "Tapi selain itu, sepertinya kita juga belum terlalu sering ngobrol santai membahas ... ya, membahas apapun selain pekerjaan. Ini yang bikin aku mendadak merasa jadi orang bodoh sesampai di sini tadi," Adam tertawa kecil. "Aku bahkan baru nyadar, jangan-jangan kamu lagi keluar atau sudah ada rencana lain."

"Ya, makanya harus telepon dulu," sahut Rara ikut tertawa.

"It's just happenned, Rara. Tapi it's OK kok kalau kamu sudah ada rencana lain."

"Aku tidak kemana-mana. Aku turun karena mau ngambil pesanan makanan. Kamu sudah makan? Suka batagor gak?"

"Suka. Tapi itu kan makanan kamu. Nanti aku pesan lagi."

"Gak usah. Batagor porsi besar ini, aku lahap 1/3 porsinya saja sudah kenyang banget. Biasanya sisanya aku simpan di kulkas buat ngemil atau sarapan."

"Okey..."

"Nah, ini sepertinya driver-nya sudah tiba," ucap Rara sambil memandang layar HP-nya. "Kita makan di atas aja sambil ngobrol. Kebetulan aku juga punya pengering baju... kamu nyaris basah kuyup ini."

Tidak sampai 10 menit kemudian, keduanya sudah duduk di sofa panjang di dalam apartemen Rara. TV digital sedang menyiarkan berita luar negeri, tapi keduanya nampak tidak terlalu fokus pada siaran  TV. Mereka sedang larut dalam obrolan santai ditemani seporsi besar batagor dan dua botol minuman soda.

Adam bertelanjang dada karena baju kaosnya sedang dikeringkan. Awalnya Rara bermaksud ingin meminjamkan bajunya untuk dipakai Adam sementara, tapi dia sadar baju-bajunya kekecilan untuk ukuran tubuh kekar Adam.

Ini membuatnya tidak bisa menahan diri untuk sesekali mencuri pandang ke tubuh Adam yang mulus dan atletis. Tapi dia ingat pesan Mbah Roy untuk tidak terlalu terlihat "murahan" jadi dia berusaha bersikap biasa saja.

Oh ya, tentang Mbah Roy, Rara harus mengakui ilmunya memang canggih. Rara tidak menyangka bakal secepat ini reaksi ilmu Mbah Roy kepada Adam.

Awalnya mereka memang mengobrol tentang klien, anak-anak baru di kantor dan hal-hal lain terkait pekerjaan. Tapi tidak butuh waktu lama sebelum percakapan mereka melebar ke hal-hal yang lain. Sesekali mereka beradu tawa, terlihat benar-benar menikmati obrolan tersebut.

Semakin lama percakapan semakin dalam dan personal.

"Kamu itu cantik loh, Ra. Aku yakin cowok manapun bisa kamu buat bertekut lutut," tutur Adam sambil menatap dalam-dalam mata Rara. Jarak mereka kini begitu dekat. Tahu-tahu tatapan itu tergelincir turun ke dada Rara yang sedikit tersingkap.

Adam lalu mengalihkan pandangan dengan semburat malu. Pun Rara tersipu-sipu dengan ucapan Adam barusan. Dia ingin berkata buktinya kamu tidak bertekut lutut, tapi kembali diingatnya pesan Mbah Roy. Jual mahal, jual mahal.

"Ng... pakaiannya udah kering belum ya?" Adam berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tadi aku set timer-nya 30 menit. Gak lama lagi kok."

Adam mengangguk lalu mengambil botol minuman soda. Sekali teguk, minuman langsung habis.

Batagor di dalam piring masih banyak tapi keduanya sudah terlihat "menyerah" mengunyah makanan itu.

"Dam, batagornya dihabisin ya. Aku sudah kenyang banget nih. Oh ya, kamu mau aku buatkan kopi? atau teh?"

"Gak usah repot-repot, biar aku buat sendiri saja," Adam berdiri dan beranjak ke arah dapur.

"Jangan dong. Masa tamu disuruh buat minum sendiri," kejar Rara.

Dengan cekatan dia mengambil panci stainless, mengisinya dengan air dari dispenser dan menjerangnya di atas kompor. Saat ingin berbalik untuk mengambil gelas, tanpa sengaja dia menabrak Adam yang ada di belakangnya sejak tadi.

"Ups! Sorry," ucapnya. Adam tidak menyahut, tapi dia menahan tangan Rara dengan lembut. Keduanya pun terpaku di tempat masing-masing. Adam menyentuh dagu Rara hati-hati. Rara sedikit mendongak untuk membalas tatapan Adam.

"Kamu cantik sekali, Ra. Tanpa polesan make-up sekalipun."

Lalu entah siapa yang memulai, bibir keduanya semakin lama semakit dekat dan menyatu sempurna. Rara menutup matanya. Tangannya melingkar mesra di pinggang Adam. Dia benar-benar menikmati ciuman itu.

Persetan dengan jual mahal, batinnya.

Detak jantung keduanya pun semakin lama semakin kencang. Sampai pada puncaknya mereka melepaskan tautan bibir mereka dengan napas tersengal-sengal.

Tapi sepertinya merek tidak berhenti di situ.

Ctek! Rara mematikan nyala kompor.

"Masih mau kopi?" tanyanya lirih.

Adam menggeleng.

Beberapa detik keduanya seperti saling menunggu, sebelum berpelukan dengan mesra dan kembali saling melabuhkan ciuman. Kali ini lebih panas dan liar. Gelora asmara yang sudah membuncah sekarang benar-benar menguasai jiwa raga mereka berdua.

***

Akhirnya malam yang dingin dan basah berganti pagi yang cerah.

Rara membuka matanya dengan berat. Lalu menyibak selimut tebal yang menutup tubuh setengah telanjangnya. Adam sudah tidak ada di sampingnya.

Sebagian kasur masih terasa basah oleh peluh mereka berdua setelah malam yang panjang dan menggairahkan.

"Adam?" panggilnya sambil mengenakan handuk kimono. Sepi. Di luar kamar Adam juga tidak ada, pun di kamar mandi. Pakaiannya juga sudah tidak nampak di mesin pengering.

Sebuah memo yang ditempel ke pintu kulkas dengan hiasan magnet memberi jawaban.

Hai, aku sudah pulang ya. Maaf, tidak pamit dulu. Gak enak bangunin kamu. Sampai jumpa lagi, Rara Sayang.

Adam.

Rara tersenyum manis. Memorinya kembali memutar beberapa cuplikan peristiwa luar biasa tadi malam ...

Dia masih belum bisa percaya sepenuhnya atas apa yang sudah terjadi. Dia malah mulai merasa "sedikit" berdosa.

Tapi ah, yang penting dia sudah mendapat perhatian dari Adam. Walaupun awalnya perasaan itu artifisial, siapa tahu seiring waktu dan perhatian perasaan itu bisa menjadi cinta sejati.

Hanya saja selain meninggalkan kesan mendalam, percintaan mereka semalam suntuk juga meninggalkan masalah lain. Rara baru sadar nyaris seluruh tubuhnya terasa pegal.

Dia ingat masih memiliki stok jahe segar di kulkas. Dia pun membuat susu panas yang dicampur dengan geprekan jahe untuk membantu menghilangkan pegal dan capek itu.

Dia belum memiliki rencana untuk menghabiskan hari minggu ini jadi dia ingin nonton film streaming lalu tidur sepuasanya.

Saat membuka layar HP, perhatiannya tertuju pada satu notifikasi dari aplikasi perpesanan. Itu chat dari Adam. Baru masuk 10 menit yang lalu.

Apa dia sudah sampai di rumah?

Maaf baru balas pesan kamu, Ra. Aku cek datanya dulu ya. Kamu gak keberatan kan ngangkat telepon hari ini, kalau misalnya masih ada satu atau dua hal yang harus aku konfirmasi lagi?

Demikian bunyi pesannya. Nah, si Mr. Workaholic is back.

Iyaa, Dam. Kamu sudah sampai rumah? balas Rara.

Maksudnya? balas Adam.

Kamu masih di jalan ya? 

Iya, aku memang belum sampai rumah. Ini lagi istirahat bentar habis jogging. Tapi bentar lagi balik. Atau maksud kamu gimana?

Rara mengernyitkan kening. Adam masih sempat-sempatnya jogging segala.

Tapi memang ada hal yang mengganjal di pikirannya dan baru disadarinya benar-benar pagi ini. Di kantor Adam tidak pernah sekalipun terpisah dari HP-nya. Sedikit-sedikit cek email, balas pesan atau melakukan panggilan telepon. Tapi tadi malam dia benar-benar berbeda. Tidak terlihat sekalipun menyentuh HP-nya. Lebih tepatnya, dia tidak melihat sekalipun Adam mengeluarkan HP-nya.

Dia pun mengetik hati-hati pesan balasannya.

Tadi kamu bangun pagi jam berapa sih? Habis dari sini, masih sempat jogging lagi.

Beberapa saat kemudian balasan dari Adam masuk.

Habis dari sini? Maksud kamu apa, Ra?

Rara mulai kebingungan. Jangan-jangan ilmu pelet itu memiliki efek samping untuk korbannya, amnesia sementara seperti ini. Tapi kemarin Mbah Roy tidak memberi informasi apa-apa tentang itu.

Dari apartemen aku, Dam. Kamu nginap di sini semalam.

Hah? Pagi-pagi kok bercanda gitu, Ra.

Aku serius.

Kalau gitu kamu pasti salah orang, Ra. Dari kemarin aku di rumah saja. Semalam aku bantu tetangga sebelah rumah ngangkat barang, karena rumahnya kebanjiran. Makanya aku baru baca chat kamu pagi tadi.

Refleks Rara menjatuhkan HP-nya ke atas sofa. Adam bukan orang yang senang bergurau. Kalaupun dia berada di bawah pengaruh ilmu pelet, sepertinya sifat itu juga tidak akan berubah

Rara pun memalingkan wajahnya ke arah tempat tidur dari pintu kamar yang terbuka lebar.

Kalau Adam memang tidak berbohong, lalu siapa temannya menghabiskan malam di atas kasur itu. Jantungnya berdegup kencang.

---- 

-Tamat-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun