Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Misteri Hantu Bersin

10 September 2021   20:01 Diperbarui: 10 September 2021   20:09 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari pixabay.com

Ki Gondrong mencoba mencari pilihan kata yang tepat untuk menjelaskan maksudnya.

" ... mestinya tidak ada lagi yang tersisa. Jadi kemarin, aku mengirim gelombang energi khusus, untuk pembersihan.  Sebenarnya hanya untuk memastikan rumah nyonya telah benar-benar aman. Kalaupun masih ada mahluk yang tinggal, dia akan merasa sangat kesakitan, seperti dibakar api, kalau tidak segera pergi dari sana."

"Jadi apa yang terjadi?" tanya Nyonya Liu.

"Seperti yang sudah saya katakan tadi. Dia spesial. Dia hanya terpengaruh sedikit dengan jurus pamungkas saya. Penyebabnya hanya dua. Dia hantu yang sangat kuat, atau dia punya ikatan khusus di tempat itu. Kemungkinan besar penyebabnya yang kedua. Karena selama ini belum pernah ada hantu yang menang adu ilmu dengan saya, Nyonya."

"Benar. Makanya Ki Gondrong berani bikin promosi 100% uang kembali kalau gagal," sambung Nyonya Liuw.

Ki Gondrong tersenyum hambar.

"Tenang saja, Ki. Saya belum akan meminta uang pembayaran kembali. Saya masih memberi kesempatan pada Ki Gondrong untuk membereskan masalah ini."

Ki Gondrong mengangguk sopan. "Jangan khawatir, Nyonya. Besok siang, setelah dari rumah klien lain, seorang anggota DPRD, saya langsung mampir ke rumah kost."

Ki Gondrong memberi penekanan kepada klien anggota DPRD, untuk memastikan Nyonya Liu tidak meragukan kredibilitasnya.

"Baiklah, Ki," Nyonya Liu berdiri sebagai isyarat akan segera beranjak dari tempat itu. "Saya harap anda tidak gagal lagi."

Lima menit kemudian, mobilnya sudah berlari meninggalkan pekarangan rumah klasik dan bergabung dengan kepadatan lalu lintas metropolitan.

Sebentar lagi malam akan mengintip dari ufuk barat.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun