Ki Gondrong mencoba mencari pilihan kata yang tepat untuk menjelaskan maksudnya.
" ... mestinya tidak ada lagi yang tersisa. Jadi kemarin, aku mengirim gelombang energi khusus, untuk pembersihan. Â Sebenarnya hanya untuk memastikan rumah nyonya telah benar-benar aman. Kalaupun masih ada mahluk yang tinggal, dia akan merasa sangat kesakitan, seperti dibakar api, kalau tidak segera pergi dari sana."
"Jadi apa yang terjadi?" tanya Nyonya Liu.
"Seperti yang sudah saya katakan tadi. Dia spesial. Dia hanya terpengaruh sedikit dengan jurus pamungkas saya. Penyebabnya hanya dua. Dia hantu yang sangat kuat, atau dia punya ikatan khusus di tempat itu. Kemungkinan besar penyebabnya yang kedua. Karena selama ini belum pernah ada hantu yang menang adu ilmu dengan saya, Nyonya."
"Benar. Makanya Ki Gondrong berani bikin promosi 100% uang kembali kalau gagal," sambung Nyonya Liuw.
Ki Gondrong tersenyum hambar.
"Tenang saja, Ki. Saya belum akan meminta uang pembayaran kembali. Saya masih memberi kesempatan pada Ki Gondrong untuk membereskan masalah ini."
Ki Gondrong mengangguk sopan. "Jangan khawatir, Nyonya. Besok siang, setelah dari rumah klien lain, seorang anggota DPRD, saya langsung mampir ke rumah kost."
Ki Gondrong memberi penekanan kepada klien anggota DPRD, untuk memastikan Nyonya Liu tidak meragukan kredibilitasnya.
"Baiklah, Ki," Nyonya Liu berdiri sebagai isyarat akan segera beranjak dari tempat itu. "Saya harap anda tidak gagal lagi."
Lima menit kemudian, mobilnya sudah berlari meninggalkan pekarangan rumah klasik dan bergabung dengan kepadatan lalu lintas metropolitan.