Matahari baru meninggalkan puncak langit, saat Nyonya Liu dengan anggun turun dari mobil dan melangkah masuk ke pekarangan sebuah rumah bergaya klasik. Pekarangannyanya cukup luas, begitu pula dengan bangunan rumah itu.
Pintu terbuka. Seorang lelaki paruh baya berambut panjang terurai dengan mata menatap tajam menyambutnya ramah.
"Maaf Nyonya, saya pikir semua hantu sudah berhasil diusir dari rumah kos-kosan," kata lelaki itu tenang. Mereka kini duduk berbicara di ruang tamu.
"Ya, saya juga awalnya berpikir demikian, makanya sisa pembayaran sudah saya transfer semua ke rekening Ki Gondrong. Tapi tadi pagi saya dengar laporan dari asisten saya, kalau ada salah satu anak kos yang mendapat pengalaman aneh lagi tadi malam."
Lelaki yang dipanggil Ki Gondrong itu mengangguk.
"Nyonya sudah melakukan yang saya minta tadi?"
Nyonya Liu mengeluarkan gawainya dari dalam tas, lalu memperlihatkan sebuah foto ke depan Ki Gondrong. "Ya. Saya sudah minta asisten mengambil gambar kamar tempat kejadian."
Ki Gondrong mengambil napas panjang lalu mengerahkan mata batinnya menuju ke lokasi belasan kilo meter jauhnya dari situ melalui media gambar pada gawai. Dia memejamkan mata beberapa saat sebelum kembali bercakap-cakap dengan Nyonya Liu.
"Yang satu ini spesial, Nyonya ..."
Nyonya Liu mengernyitkan kening.
" ... seorang gadis muda yang mati karena cinta. Dia pasti punya ikatan yang kuat di tempat itu, sehingga tidak mudah dipindahkan. Seperti yang nyonya ketahui, selama seminggu ini, saya mengirim getaran energi ke rumah kos nyonya untuk mengusir hantu-hantu yang ada di sana. Mestinya ..."