"Ya benar. Hanya tiga pertanyaan dan setelah itu terserah padamu, Baginda pada Dewa. Bagaimana menurutmu, Dewa Hitung Cepat. Tidak keberatan bukan?"
Pandangan semua Dewa tertuju ke Dewa Hitung Cepat.
"Tentu saja tidak, Kakek Dewa. Silakan ajukan tiga pertanyaan," jawab Dewa Hitung Cepat mantap.
"Baiklah."
Dewa Arif Bijaksana melangkah perlahan-lahan dibantu oleh tongkat kayunya.
"Pertama, jika kamu memang penghuni Galampus pasti kamu tahu di mana penyimpanan Mustika Alih Persada milik Dewa Muslihat."
"Tentu. Mustika itu tersimpan di lantai atas gedung halilintar di sebelah selatan istana para Dewa. Di lemari nomor 17, laci nomor 8," jawab Dewa Hitung Cepat.
"Bagus. Pertanyaan berikut, Jika kamu memang Dewa Hitung Cepat pasti kamu tahu di mana sekarang Dewi Algoritma, kekasihmu, ditugaskan. Di mana dia saat ini?" Dewa Arif Bijaksana menatap mata Dewa Hitung Cepat dalam-dalam.
"Dewi Algoritma saat ini berada di salah satu pedalaman Afrika, sedang menyamar menjadi warga suku Itunui untuk memberikan mereka ilham menerjemahkan simbol-simbol menjadi alat tukar ekonomi," jawab Dewa Hitung Cepat lagi.
"Mengesankan. Dan sekarang pertanyaan terakhir ... "
Semua Dewa dalam ruangan seperti menahan napas menunggu pertanyaan terakhir.