Aku pun memacu merpati raksasa itu terbang secepat mungkin ke arah langit.
Tapi sepertinya terlambat….
Secercah cahaya fajar muncul di ufuk timur. Kegelapan malam segera akan berganti dengan pagi. Suara ibuku kembali terdengar memenuhi langit. Dia memanggil namaku dengan suara pilu.
Dophan tungganganku terus saja terbang, sementara tubuhku melayang dengan deras ke arah bumi. Pada setiap helaan napasku, aku merasa semakin dekat dengan kefanaan.
**
Dua tahun kemudian
Aku membuka kedua mataku dan membiarkan hidungku menghirup udara lembah sepuasnya.
Saat ini aku dan Bella sedang melepaskan lelah setelah seharian mengurus ladang dengan berbaring menghadap langit beralas rerumputan. Di bawah sana, dengan cekatan ibu memetik bulir-bulir anggur yang siap dipanen. Dia menolak saat kami memintanya untuk istirahat. Katanya terus bekerja selagi mampu adalah caranya mensyukuri kesembuhan dari penyakit lumpuh yang pernah dideritanya.
Sementara itu, Ninoy putra pertama kami tertatih-tatih mengejar seekor anak kelinci dengan tawa gembira.
“Hei…,”
Bella menyahut.