Gadis itu mengernyitkan kening. Mungkin sedang mencari-cari nama Ephamus di laci-laci memorinya.
“Aku senang sekali jika boleh mengetahui nama anda, Nona…”
“Panggil saja aku Bella, Tuan Endoras.”
“Nona Bella, maaf, apa anda sama sekali tidak khawatir dengan kehadiranku di sini? Di tengah malam buta ini?”
“Tidak ada aura jahat dalam diri anda, Tuan. Aku bisa melihatnya, dan sekali lagi aku pernah memimpikan anda. Jadi pertemuan yang tidak biasa ini mungkin sudah diatur Dewa.”
Aku tersenyum lega.
“Apa yang membawa anda ke pondok yang sederhana ini, Tuan Endoras? Selarut ini.”
“Lukisan-lukisan ini. Aku suka memandangnya.”
“Oh,…”
Wajah Bella menghangat, garis-garis senyuman mulai nampak di situ. Dia beranjak mendekat lalu menuntunku lebih dekat dengan lukisan-lukisan itu.
“Aku senang bertemu dengan pengagum seni.”