Tora kini benar-benar tidak bisa menghentikan laju air matanya.
---
Malam itu rumah kontrakan Nad ramai oleh pelayat, para tetangga dan kawan-kawan. Jenazah Nad dibaringkan di tengah ruang tamu. Diana dengan mata merah dan bengkak duduk di sisi kepala jenazah. Beberapa kawan dekat juga berada di sekitar situ. Rencana esok hari Nad akan dikebumikan, menunggu ibu panti asuhan mereka yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri, terbang dengan pesawat pertama dari Makassar.
Polisi telah melakukan oleh TKP untuk memeriksa kalau-kalau ada tanda orang luar yang menyebabkan kematian Nad. Tapi hasilnya nihil. Oleh karena itu tetangga berbisik-bisik penyebab kematian Nad pasti ada unsur gaibnya.
Tora juga sebenarnya memiliki pemikiran serupa. Tetapi dia tidak ingin mengeruhkan suasana.
Malam ini dia merasa benar-benar berduka sekaligus benar-benar lelah. Sepanjang hari dia bersama warga membangun tenda setelah sebelumnya menemani Diana dan pak RT membuat laporan ke kepolisian lalu dia juga bertugas menerima tamu-tamu sahabat mereka.
Menjelang subuh dia benar-benar tidak bisa lagi menahan kantuknya dan tertidur di atas tikar.
---
Tora merasa dirinya berada lagi di dalam dunia antah berantah yang sangat ditakutinya, walaupun dia tahu dia hanya bermimpi.
Sebuah jembatan besar terbentang di hadapannya. Di bawah jembatan itu ada sungai yang mengalir tenang.
Hanya ada yang aneh.