Tidak ada apa-apa.
Suara yang sama terdengar kembali, hanya kali ini lebih keras. Ketika melangkahkan kaki barulah dia melihat asal suara itu. Bukan kucing. Bukan sama sekali. Tetapi seonggok daging di ujung ranjangnya, menyerupai bayi yang masih sangat kecil. Bayi itu bergerak-gerak dengan tubuh bermandi darah. Mulut mungilnya terbuka lebar dan terdengar lagi suara erangan mirip suara kucing tersebut.
Nad terkejut setengah mati sehingga gelas susunya terjatuh ke lantai dan pecah berantakan. Secepat kilat dia berbalik untuk melarikan diri dari situ. Tapi malangnya dia lupa kalau dia baru saja menutup pintu. Tubuhnya pun menabrak pintu kamar dengan keras dan jatuh terpelanting ke belakang.
Saat kepalanya mendarat dengan deras di lantai, pecahan kaca gelas yang meruncing ke atas menyambutnya. Pecahan kaca yang cukup besar itu pun bersarang di otak kecil Nad. Mata Nad membelalak. Nafasnya terhenti seketika.
---
Jam 08.20 pagi, HP Tora berbunyi.
Tora masih malas-malasan di atas ranjang. Tapi panggilan dari Diana itu memaksanya untuk bangun. Tidak biasanya Diana menelepon sepagi ini.
“Halo, pagi…,” sapa Tora ramah.
Terdengar isak tangis pilu dari ujung sana. Tora terheran-heran.
“Diana, ada apa?”
Jawaban Diana selanjutnya yang terpenggal-penggal di antara tangisan membuat Tora terpukul.